Soal Sawit, RI dan Malaysia Kompak Lawan Negara Maju

Soal Sawit, RI dan Malaysia Kompak Lawan Negara Maju

Maikel Jefriando - detikFinance
Rabu, 02 Sep 2015 19:55 WIB
Soal Sawit, RI dan Malaysia Kompak Lawan Negara Maju
Jakarta -

Menko Maritim dan Sumber Daya Rizal Ramli melaporkan hasil pertemuannya dengan Perdana Menteri Malaysia Najib Razak kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi), dalam agenda sidang kabinet paripurna di Istana Negara, Jakarta.

Menurut Rizal, Malaysia sepakat untuk bekerjasama mendorong produktivitas dari minyak kelapa sawit atau Crude Palm Oil (CPO). Sebab bila digabungkan, maka kedua negara menguasai pasar lebih dari 85% dari pasar CPO dunia.

"Kami laporkan hasil pertemuan kami dengan Perdana Menteri Najib. Pada esensinya, Indonesia dan Malaysia yang menguasai lebih dari 85% pasar CPO akan meningkatkan koordinasi dalam bentuk working group on palm oil producers (WGPOP). Tujuannya tentu untuk meningkatkan nilai tambah sebesar-besarnyanya untuk manfaat negara produsen," ungkapnya dalam konferensi pers di Kantor Presiden, Jakarta, Rabu (2/9/2015).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Akan tetapi, Rizal menyadari banyak sekali hambatan yang dihadapi. Khususnya dari Eropa yang memperketat berbagai syarat dari aturan diproduksinya CPO. Meskipun sebenarnya ada kepentingan negara-negara tertentu melindungi sumber dayanya.

"Eropa ingin melindungi industri minyak soya bean dan minyak bunga matahari, dan NGO tekan terus negara berkembang supaya makin ketat aturan soal sustainability, harus hijau, dan sebagainya. Prinsipnya kita setuju ini, pelihara lingkungan semakin green sustainable," ujar Rizal.

"Tetapi peraturan yang makin ketat ini, kalau produsen sawit besar seperti Sinarmas, mereka tidak ada masalah memenuhi prasyarat yang makin ketat ini. Tetapi untuk petani kecil, petani plasma yang jumlahnya 44% dari total petani, mereka tidak akan mampu penuhi syarat ini," tegasnya.

Maka dari itu, bersama pemerintah Malaysia akan menyiapkan standar sendiri dari CPO. Ini dianggap sebagai bentuk protes terhadap Eropa.

"Kami menghimbau kepada Malaysia, untuk tidak hanya defensif, ditekan terus sama negara maju. Tetapi kita juga offensif yaitu dengan membuat standar kita sendiri yang betul-betul memenuhi sustainability, green, dan lain-lain. Tetapi tidak ditumpangi oleh kepentingan negara maju. Malaysia sepakat, Indonesia sepakat," terang Rizal.

Pemerintah juga akan mengikutsertakan China dan India sebagai konsumen utama dari CPO. Sehingga semakin banyak dukungan untuk produk ini, maka akan semakin bagus.

"Kita mencoba dapat dukungan dari negara konsumen China dan India. kalau 85% pemasoknya dan mayoritas konsumennya sudah setuju dengan standar yang baru maka kita, bergaining posisi lebih kuat dan kita membantu pengusaha sawit kecil," tukasnya.

(mkl/rrd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads