Harga Minyak dan Batu Bara Tinggi, Menkeu: Itu Bom Waktu

Harga Minyak dan Batu Bara Tinggi, Menkeu: Itu Bom Waktu

Muhammad Idris - detikFinance
Senin, 07 Sep 2015 13:42 WIB
Harga Minyak dan Batu Bara Tinggi, Menkeu: Itu Bom Waktu
Jakarta - Indonesia beberapa tahun lalu menikmati tingginya harga-harga komoditas, mulai dari minyak, gas, batu bara, sawit, karet dan lainnya. Namun, saat ini semua harga komoditas rontok. , kondisi tersebut sebenarnya adalah bom waktu.

"Saya sampaikan kondisi ekonomi secara umum ada siklus. Seperti siklus perusahaan, bisa di atas bisa di bawah, dan itu tidak bisa dipungkiri, itu business circle," kata Menteri Keuangan (Menkeu) Bambang Brojonegoro, di acara diskusi Daya Tahan Ekonomi, Sekretariat Relawan Merah Putih, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (7/9/2015).

Bambang mengatakan, di saat harga komoditas dunia meningkat tinggi, pemerintah termasuk pengusaha terlena mendapat pendapatan yang meningkat tajam. Namun sebenarnya itu adalah bom waktu, karena suatu saat harga komoditas tersebut akan jatuh, seperti saat ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Nah, masalahnya kita suka terlena kalau lagi di atas. Saat harga-harga komoditas tinggi kita anggap bagus. Menganggap tidak ada masalah, padahal itu bom waktu," katanya.

"Kita suka lalai, padahal ada kesempatan kita di bawah. Ini yang juga terjadi sebelum-sebelumnya. Setelah harga jatuh, baru kita sadar kita telat antisipasi. Begitu kondisi baik, saat harga masih bagus, masyarakat nggak berpikir jangka panjang," tambahnya.

Bambang mencontohkan, ketika beberapa tahun lalu harga komoditas batu bara meningkat tinggi, semua pengusaha investasi di pertambangan dan benar saat itu banyak sekali pengusaha yang meraup keuntungan besar dari tingginya harga batu bara.

"Batu bara saat itu Internal Rate Of Return (IRR) mencapai 20%, semua pengusaha masukan uangnya ke batu bara. Padahal ada sektor lain, manufaktur yang IRR-nya 10%. Memang batubara IRR saat itu tinggi, tapi nggak siap ketika harga turun, baru teriak-teriak ini krisis. Kalau kita fundamental bagus tidak perlu khawatir," ungkap Bambang.

Hal yang sama juga terjadi pada minyak bumi. Sebelum 2014 harga minyak saat itu di atas US$ 150 per barel, tapi tak lama kemudian anjlok, bahkan saat ini tiba-tiba jadi US$ 40 per barel. Ia menyarankan, agar pengusaha lebih tertarik investasi di sektor infrastruktur, memang IRR atau pengembalian investasi yang didapatkan tidak terlalu besar, namun dengan terbangunnya infrastruktur, fundamental ekonomi Indonesia semakin baik.

"Artinya jangan lagi gampang terbuai apapun yang sifatnya situasional atau jangka pendek. Kalau terbawa terus bahwa fundamental kita lemah, maka jadi jelek beneran. Karena kita tak pernah orientasi jangka panjang," tutup Bambang.

Acara diskusi ini selain Bambang, hadir dalam acara tersebut Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Budi Gunadi Sadikin, Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Tito Sulistio, dan Ketua Umum Hipmi Bahlil Lahadalia.

(rrd/hen)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads