"Informasi dari Pak Pramono Anung (Sekretaris Kabinet) tidak ada instruksi proyek storage dan pipa BBM dihentikan Pak Presiden, tetap diteruskan," kata Vice President Corporate Communication Pertamina, Wianda Pusponegoro, ditemui di Kantor Pusat Pertamina, Jalan Medan Merdeka Timur, Jakarta, Jumat (25/9/2015).
Wianda mengatakan, proyek storage dan pipa BBM tersebut justru merupakan aspirasi dari pemerintah yang ingin menaikkan cadangan operasional dan penyanggan BBM nasional.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia mengungkapkan, cadangan operasional BBM yang dimiliki Indonesia saat ini hanya cukup 18 hari, jumlah ini jauh sekali dibandingkan negara-negara tetangga.
"Singapura punya stok operasional 50 hari, kapasitas kilang 1,3 juta bph, Indonesia hanya 800.000 bph, Thailand juga lebih banyak," ujarnya.
Wianda menjelaskan, saat ini cadangan operasional Pertamina baru mencapai 18 hari dan ingin ditingkatkan menjadi 30 hari.
Sementara cadangan penyangga operasional saat ini belum ada dan pemerintah ingin ada agar bisa menampung BBM hingga 30 hari.
"Pemerintah ingin 30 hari. Sebagai badan usaha cari cara supaya bisa penuhi. Kalau operasional itu dari badan usaha jaga kontinuitas perusahaan baik di kapal, di depot pertamina. Proporsi bersifat nasional. Ada lagi penyangga (operasional) strategis, itu untuk keadaan darurat," terangnya.
Untuk memenuhi target tersebut, Pertamina telah menyiapkan investasi sedikitnya US$ 1,63 miliar yang akan dipakai untuk pembangunan tangki minyak (storage).
"Pertamina ingin kembangkan infrastruktur minyak dan BBM. Kita selama ini bergantung dengan cadangan operasional. Pemerintah bilang nggak aman, makanya ingin cadangan penyangga energi. Ini bisa jadi pertahanan terakhir kalau kekurangan pasokan," ujar Wianda.
Saat ini, dia menyebutkan, total volume dari cadangan atau stok BBM Pertamina selama 18 hari tersebut mencapai 3,95 juta kiloliter (KL).
Dengan menaikkan stok BBM selama 30 hari, diharapkan volumenya bisa bertambah 3,06 juta KL hingga tahun 2025.
Sehingga, kebutuhan BBM sebesar 7,2 juta KL di tahun 2025 bisa terpenuhi.
"Kita storage 30 hari, kapasitasnya perlu ditambah 3,06 juta kalau maping hingga 2025. Pipa hanya 1 ribu sekian km, kami harap bisa dua kali lipat. Ada 196 km pipa baru dari pipa yang sekarang. 2025 total storage 7,2 juta KL yang dibutuhkan," paparnya.
Wianda menambahkan, pihaknya membuat opsi kepada swasta untuk ikut berinvestasi membangun storage ini. Ini untuk mendorong infrastruktur bisa lebih baik.
"Total US$ 1,63 miliar full investasi pertamina. Ke depan sangat open undang swasta baik lokal dan investor untuk pembiayaan. Sebagai pemimpin proyek tetap Pertamina. Kita buka opsi karena bangun butuh waktu. Yang penting aspek keekonomian, operasional yang penting efektif baik dari keandalan dan cost," ungkapnya.
Terkait pipa distribusi BBM di Jawa, bagi Pertamina proyek ini lebih efisien 500% lebih dibanding menggunakan truk BBM yang harus bolak-balik dari kilang minyak ke terminal BBM.
"Truk itu cost-nya besar sekali, kalau bangun pakai pipa lebih efisien 500%, kita tidak terhambat lalu lintas yang padat. Contohnya proyek yang sudah jadi dari Kilang Balongan ke Terminal BBM Plumpang 200 km, itu kalau pakai truk biayanya lebih Rp 500 per liter, kalau pakai pipa di bawah Rp 50 per liter," tutup Wianda.
(drk/rrd)











































