Kurangi Tekanan Rupiah, Pertamina Pangkas Beli Dolar AS Hingga 50%

Kurangi Tekanan Rupiah, Pertamina Pangkas Beli Dolar AS Hingga 50%

Rista Rama Dhany - detikFinance
Senin, 28 Sep 2015 11:40 WIB
Kurangi Tekanan Rupiah, Pertamina Pangkas Beli Dolar AS Hingga 50%
Jakarta - PT Pertamina (Persero) memutuskan untuk memangkas transaksi pembelian dolar Amerika Serikat (AS) hingga 50%, sebagai langkah menyikapi lonjakan nilai tukar dolar AS terhadap rupiah.

Vice President Corporate Communication Pertamina, Wianda Pusponegoro mengatakan, Pertamina selama ini harus melakukan pembelian valas khususnya dolar AS dalam jumlah cukup besar, yang digunakan untuk impor minyak mentah dan produk minyak dan elpiji, serta pembiayaan proyek-proyek investasi. Di sisi lain, sebagian besar pendapatan Pertamina dari penjualan di dalam negeri diterima dalam mata uang rupiah.

Pertamina, tuturnya, melakukan pembelian valuta asing dari tiga bank BUMN, yaitu Bank Mandiri, BRI, dan BNI yang selalu dilaporkan kepada Bank Indonesia (BI) secara bulanan maupun mingguan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejak bulan Juni lalu, Pertamina telah mengimplementasikan transaksi lindung nilai (hedging), dengan membeli valas secara forward dan telah mendapatkan fasilitas perbankan berupa forex line untuk transaksi lindung nilai dari tiga bank dalam jumlah signifikan.

"Akhir-akhir ini, fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sangat dinamis di mana rupiah terus mengalami depresiasi sehingga undervalued (di bawah nilai fundamentalnya). Sebagai bentuk mitigasi risiko, Pertamina yang sebelumnya telah melakukan aksi korporasi dengan hedging, dalam beberapa waktu ke depan, juga bersiap mengurangi transaksi pembelian dolar AS hingga 50% dari transaksi pembelian normal," ungkap Wianda.

Kendati mengurangi pembelian valas, kata Wianda, Pertamina tetap dapat memenuhi kewajiban pembayaran baik dalam bentuk rupiah dan valas kepada mitra usaha.

Untuk mengatasi selisih antara kebutuhan dan pembelian valas dalam dolar AS, Pertamina akan bekerjasama dengan pihak perbankan dengan menggunakan skema trade financing, dengan memanfaatkan fasilitas kredit jangka pendek yang disediakan oleh perbankan baik BUMN, swasta nasional maupun perbankan Internasional untuk mendukung pembiayaan Pertamina.

"Jadi, ke depan Pertamina akan lebih memanfaatkan komitmen credit line yang sudah dimiliki dibandingkan dengan mencari dolar AS di pasar spot," kata Wianda.

Ia mengungkapkan, sebelumnya Pertamina harus mencari dolar AS di pasar valas mencapai US$ 70-80 juta per hari untuk impor BBM hingga elpiji. Dengan skema hedging dan trade financing tersebut, pihaknya dapat mengurangi belaja dolar AS, sehingga diharapkan tekanan dolar terhadap rupiah juga bisa berkurang.

"Dari skema trade financing kami juga mendapat pinjaman US$ 2,5 miliar oleh 3 bank BUMN. Sehingga tekanan terhadap dolar bisa berkurang," tutup Wianda.


(rrd/ang)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads