RI di Ambang Krisis Energi

RI di Ambang Krisis Energi

Dana Aditiasari - detikFinance
Senin, 28 Sep 2015 12:10 WIB
RI di Ambang Krisis Energi
Jakarta -

Pemerintah harus kerja keras untuk mendorong proyek Energi Baru Terbarukan berjalan. Alasannya bila tidak dilakukan maka Indonesia terancam krisis energi.

Hal tersebut diungkapkan Menteri ESDM Sudirman Said di acara Hari Pertambangan dan Energi ke-70, di kantor Kementerian ESDM, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Senin (28/9/2015).

Ia mengutip pernyataan mantan Menteri Pertambangan dan Energi yang juga mantan Presiden Konferensi OPEC, Profesor Soebroto, soal cadangan energi fosil seperti minyak, gas bumi hingga batu bara Indonesia yang akan habis. Upaya keras pengembangan energi baru terbarukan sampai saat ini belum terlihat nyata.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Profesor Seobroto menyatakan saya takut kita di ambang krisis (energi) kalau nggak cepat bertindak, kita akan masuki krisis yang sulit," ungkap Sudirman.

Sudirman mengatakan, pernyataan Soebroto tersebut benar, karena ancaman krisis energi tersebut sudah ada di depan mata. Seperti cadangan minyak Indonesia yang tersisa kurang lebih 12 tahun lagi, sementara kebutuhan BBM nasional tiap tahun terus meningkat.

Apalagi tak hanya BBM, konsumsi elpiji, gas bumi, hingga listrik rakyat Indonesia setiap tahun terus meningkat.

"Tantangan kita cukup nyata di depan mata. Seruan senior kita itu adalah nyata. Maka dari itu kami bergegas melakukan penataan diri. Tata lembaga, pikiran, ide, dan tindakan terbaik yang diabadikan kepada masyarakat ke depan," ucap Sudirman.

Ia mengatakan, sesuai amanat Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) pada 2019, konsumsi energi dalam negeri 60% didominasi gas bumi, sisanya batu bara lalu energi baru terbarukan, sisanya BBM.

"Tahun 2019, target produksi gas kita harus 60% gas dikonsumsi di dalam negeri. Kemudian kita juga mengejar produksi batubara kita di tahan di 400 juta ton dan 60%-nya dugunakan untuk memenuhi konsumsi dalam negeri untuk perkuat rasio elekktrifikasi," katanya.

Soal elektrifikasi atau tingkat tersambungnya listrik ke seluruh kepala keluarga di Indonesia menjadi tantangan adalah meningkatkan rasio elektrifikasi dari 86% menjadi 97%.

"10 tahun yang akan datang, energi yang dikonsumsi ditargetkan bisa 23% berasal dari energi baru terbarukan," jelas Sudirman.

Sudirman menegaskan, bila proyek energi baru terbarukan tidak digeber dari sekarang, dan tidak mencapai sesuai target 23% dalam 10 tahun ke depan, maka Indonesia dalam ancaman serius krisis energi.

"Makanya pemerintah sekarang benar-benar mendorong proyek energi baru terbarukan bisa berjalan," tutup Sudirman.

Salah satu energi baru terbarukan yang digeber pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) adalah proyek listrik panas bumi. Indonesia saat ini memiliki potensi terbesar listrik panas bumi di dunia, namun baru termanfaatkan sekitar 5%.

(rrd/hen)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads