"Turunin dividen bagusnya (supaya harga premium turun). Sebagai korporasi kita berharap demikian, tapi kan keputusan tergantung pemegang saham (pemerintah)," kata Direktur Utama Pertamina, Dwi Soetjipto, sebelum rapat koordinasi di Kemenko Perekonomian, Jakarta, Jumat (2/10/2015).
Dwi meminta pengurangan dividen sebesar defisit yang ditanggung Pertamina akibat penurunan harga premium. "Sebaik mungkin. Tapi kan kita harus memahami kondisi negara," ucapnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebenarnya, dengan harga premium yang saat ini dijual Rp 7.400/liter pun Pertamina mengaku sudah rugi. "Premium yang kita jual sekarang pada level di bawah tingkat keekonomian. Nanti akan kita lihat mana saja yang bisa kita turunkan," ujarnya.
Meski demikian, Pertamina berjanji akan berusaha mencari cara untuk memenuhi keinginan Presiden Jokowi menurunkan harga premium demi meringankan beban rakyat di tengah buruknya kondisi perekonomian nasional.
"Kita kan tugasnya mengevaluasi kembali (harga premium) dan sekarang sedang dilakukan kalkulasi, dihitung lagi opportunity kita melakukan penghematan. Nanti kita lihat," tutupnya.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) kemarin melakukan rapat terbatas persiapan paket ekonomi jilid III. Saat membuka rapat, Jokowi meminta para menteri untuk menghitung apakah harga premium bisa diturunkan.
"Yang berkaitan dengan BBM dihitung lagi Pertamina. Silakan Pertamina, meskipun kemarin sudah diumumkan oleh Menteri ESDM, dalam keadaan negara membutuhkan tolong dihitung lagi, apakah masih mungkin yang namanya Premium itu diturunkan meskipun hanya sedikit," ujar Jokowi.
(rrd/rrd)











































