Sejumlah pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) di Pasar Senen, Jakarta Pusat, resah menanggapi kenaikan listrik tahun depan. Kenaikan listrik bisa membuat usaha kecil gulung tikar, di tengah sulitnya ekonomi saat ini.
Edward, salah seorang pembuat bordir Pasar Senen, Jakarta pusat, mengatakan saat ini saja dengan tarif subsidi yakni 900 VA, dirinya membayar uang listrik bulanan setidaknya Rp 500.000. Dengan pencabutan subsidi, kelak tahun depan dirinya harus membayar dua kali lipatnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan omzet sekitar Rp 20-30 juta sebulan, lanjutnya, kenaikan listrik jelas sangat berpengaruh pada ongkos produksi dan barang-barang bahan baku.
"Omzet yah paling banter Rp 30 juta sebulan, itu kan omzet, kalau untung sih kecil sekali. Ada 4 orang karyawan juga minta naik gaji, ada juga inflasi masih tinggi," jelas Edward.
Sebagai tenant di Pasar Senen, dirinya dan pedagang lain juga tidak mungkin mengajukan 'surat sakti' atau 'kartu miskin' untuk meminta keringanan pembayaran listrik.
"Katanya ada surat keterangan dulu kan dari kelurahan biar murah. Lah kalau kaya kita-kita bagaimana, kan kita sewa di sini, listrik ada yang nagih dari pengelola. Otomatis terima saja kalau naik tahun depan, kalau yang lain naik dan pasar masih sepi bisa tutup juga," ungkap Edward.
Perajin emblem dan aksesoris militer di Pasar Senen, Ade, juga sependapat dengan Edward. Dengan kondisi ekonomi yang serba sulit saat ini, kenaikan listrik hingga 2 kali lipat bisa memukul sektor UKM yang selama ini masih bisa bertahan.
"Sekarang masih sulit. Kalau mau naik yah bertahap, jangan langsung dicabut, ini orang beli lagi sepi karena orang juga lagi susah buat makan," pungkasnya.
(ang/ang)











































