Hal tersebut disampaikannya saat membuka acara Refining Day 2015, bertema 'Inovasi Untuk Negeri', di Ballroom Gedung Utama Kantor Pusat Pertamina, Medan Merdeka Timur, Jakarta Pusat, Selasa (15/12/2015).
Menurut Dwi, selama ini Indonesia sudah terlalu lama tertinggal dalam penguasaan teknologi pengolahan EBT.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia mencontohkan, ada sumber daya alga merah yang dapat diolah menjadi bioetanol, dan banyak terdapat di sejumlah perairan Indonesia, tetapi yang menguasi teknologinya adalah Eropa.
"Potensi geothermal (panas bumi) terbesar di dunia ada di Indonesia, tetapi yang menguasai New Zeland, dan masih banyak lagi," sambung Dwi.
Menurut Dwi, bila Indonesia menguasai teknologi untuk mengolah kekayaan alam tersebut, maka bukan tidak mungkin Indonesia akan menjadi negara yang berdaulat energi.
"Tentu itu akan mengurangi impor. Negara kita lebih kuat. Tapi kalau dukungannya setengah-setengah, sampai kapan pun Indonesia tidak akan mendapat apa-apa. Hanya bisa diam saja kekayaan alamnya dimanfaatkan oleh asing," pungkas dia.
Refining Day sendiri merupakan rangkaian acara berisi seminar, dikusi dan pameran hasil inovasi bidang pengolahan sumberdaya energi untuk menghasilkan teknologi pemanfaatan energi yang lebih efisien dan hemat biaya.
Acara tersebut dihadiri oleh Ketua Komisi VII DPR RI Kardaya Warnika, perwakilan Menteri BUMN dan perwakilan Menteri ESDM.
(dna/rrd)











































