Wakil Ketua Umum Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI), Hendra Sinadia mengungkapkan, industri batu bara saat ini relatif bergantung pada pasar pembangkit listrik dalam negeri. Mengingat permintaan dari pasar utama batu bara, China, hingga saat ini masih lesu.
"Sudah harga jatuh karena over supply, sekarang harus saingan dengan minyak yang juga lagi turun. Harga makin susah. Jadi yang masih bisa bertahan sampai sejauh ini karena banyak mengandalkan pasar pembangkit listrik," jelas Hendra pada detikFinance, Selasa (5/1/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tahun 2008-2009 booming batu bara saat ekonomi China lagi bagus. Sekarang pasar luar nggak bagus, terpaksa harus andalkan dari permintaan lokal, apalagi ada program 35.000 MW. Jadi dalam 2-3 tahun lagi ada potensi penambahan 70 juta ton lagi, karena 60% dari pembangkit baru nanti masih banyak pakai batu bara," terang Hendra.
"Jangka panjang proyek 35.000 MW jadi penolong batu bara. Tentunya penambahan pembangkit bisa jadi prospek buat batu bara bisa lebih baik," pungkasnya.
(rrd/rrd)











































