Dalam kunjungan ke Saumlaki, Kabupaten Maluku Tenggara Barat (MTB), Jumat (8/1/2016) sore hingga Sabtu (9/1/2016) pagi lalu, Menteri ESDM Sudirman Said meninjau pembangunan dua proyek pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). Jumat sore meninjau PLTS Bomaki berkapasitas 100 kWp yang ada di Saumlaki. Sedangkan Sabtu subuh, Sudirman meninjau PLTS yang juga berkapasitas 100 kWp di Pulau Selaru.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Proses pembangunan dua PLTS ini sudah hampir selesai. Dirjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Rida Mulyana, memastikan dalam waktu tidak lama akan bisa beroperasi dan bisa mengaliri listrik di kawasan setempat. "Semua komponen sudah datang semua. Ini tinggal dipasang-pasang. Tidak butuh waktu lama. Nanti pengoperasiannya menunggu studi penyambungan ke jaringan PLN," kata Rida, sambil menunjukkan beberapa elemen untuk PLTS di lokasi pembangunan PLTS Bomaki.
Biaya yang cukup mahal untuk pembangunan PLTS ada pada baterai. Baterai ini akan menyimpan energi panas yang didapatkan dari sinar matahari melalui panel surya. Dengan baterai ini, maka listrik tetap bisa dialirkan meski malam hari atau saat hujan atau cuaca buruk atau ketika matahari tidak muncul. Baterai ini didatangkan ESDM dari pabrik di Bogor. Untuk membangun 1 PLTS di kawasan MTB ini, ESDM merogoh biaya sekitar Rp 6,6 miliar.

Saat bertemu Sudirman Said, pimpinan DPRD dan pimpinan Pemda MTB memang salah satunya curhat mengenai penyediaan listrik. Mereka meminta pemerintah untuk membangun pembangkit listik lebih banyak karena masih sangat banyak pulau di kawasan MTB yang belum teraliri listrik. Selama ini, sudah ada pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) yang dikelola PLN, meski belum memenuhi kebutuhan.
Di kecamatan Bomaki, yang berada di Pulau Yamdena, yang tidak jauh dari pusat pemerintahan MTB, kondisi infrastruktur masih lebih baik dibanding di Kecamatan Selaru, di Pulau Selaru. Listrik di Selaru hanya bisa dinikmati masyarakat secara terbatas. Namun, beberapa daerah di Pulau Yamdena, salah satunya di Kecamatan Tutukembong, listrik dari PLTD hanya bisa menyala selama 3 jam dari pukul 19.00-22.00 WIT.
Sudirman Said mengaku saat ini masih ada 60% pulau-pulau di kawasan timur yang belum teraliri listrik. "Tapi pemerintahan saat ini memang sedang fokus ke timur. Ada banyak pembangkit listrik yang kita bangun," kata Sudirman.

Menurut dia, untuk membangun listrik di kepulauan harus mencoba membangun sumber energi baru terbarukan (EBT). "EBT ini akan menjadi debottlenecking penyediaan energi di pulau-pulau," ujar Sudirman.
Membangun PLTS di pulau-pulau, menurut Rida Mulyana, penuh tantangan. PLTS di Bomaki misalnya, kontrak sebenarnya sudah dimulai 4 Agustus 2015. Namun pembangunan fisik baru bisa dimulai pada Desember 2015, karena menunggu persoalan lahan yang menjadi tanggung jawab Pemda setempat.
"Kalau pembangunan PLTS di Selaru sempat tertunda karena power house sempat rubuh sebagian karena terlanda angin super kencang, senasib dengan bangunan-bangunan sekitarnya," kata Rida.
Untuk tahun ini, ada sekitar 131 unit PLTS yang akan dibangun Kementerian ESDM, dengan kapasitas antara 15 kWp hingga 250 kWp di seluruh wilayah Indonesia. "Indonesia Timur menjadi prioritas, kita akan fokus ke timur," kata Rida.
(asy/dnl)











































