DPR Permasalahkan Sumur Minyak Pertamina di Irak, Ini Penjelasan Dirutnya

DPR Permasalahkan Sumur Minyak Pertamina di Irak, Ini Penjelasan Dirutnya

Muhammad Idris - detikFinance
Senin, 01 Feb 2016 16:32 WIB
DPR Permasalahkan Sumur Minyak Pertamina di Irak, Ini Penjelasan Dirutnya
Foto: Ari Saputra
Jakarta - Komisi VII DPR hari ini menggelar Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), PT Pertamina (Persero), dan SKK Migas.

Dalam rapat tersebut, salah satu anggota DPR mempermasalahkan operasi Pertamina yang mengelola sumur-sumur minyak di luar negeri.

Anggota Komisi VII DPR, Inas Nasrullah mengungkapkan, banyak kejanggalan operasi Pertamina di luar negeri, khsusnya ladang minyak yang dikelola perusahaan minyak plat merah ini di Basrah, Irak.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia menyebut, minyak-minyak yang dihasilkan dari sumur Irak malah dijual ke pihak luar, karena tak bisa diserap kilang milik Pertamina. Di lain pihak, Pertamina malah rajin mengimpor minyak dari luar.

"Ngapain sih punya sumur di sana (Irak) tapi nggak bisa diserap? Bahkan katanya crude (minyak mentah) dari Basrah bermasalah karena nggak bisa diolah," kata Inas, saat RDP di Gedung DPR, Jakarta, Senin (1/2/2016).

Menurut Inas, ketimbang tak menyumbang apa pun untuk pemenuhan minyak di dalam negeri, sebaiknya Pertamina menghentikan operasinya di Irak.

"Ngapain punya sumur di sana. Kalau memang bermasalah ngapain buang-buang waktu dan uang, malah kita yang dituntut sama pembeli minyaknya karena crude-nya jelek. Basrah itu kualitas minyak naik turun, saya paham ini kebijakan direksi lama, saya harap ini tak diteruskan," papar Anas.

Menanggapi hal tersebut, Direktur Utama Pertamina, Dwi Soetjipto menjelaskan, kilang Pertamina memang tak bisa menyerap minyak dari Irak untuk diolah, hal ini membuat minyak mentah terpaksa dijual ke perusahaan luar.

"Dari Basrah Resources nggak bisa langsung ke kilang Pertamina. Jadi kita lakukan swap (pertukaran), jual ke perusahaan luar, nanti kita beli dari minyak lagi dari perusahaan yang sama," terang Dwi.

Ia melanjutkan, untuk optimalisasi keuntungan, Pertamina sudah melakukan studi untuk membuat opsi lain pengalihan minyak dari Irak yang tak bisa diolah tersebut.

"Kami lihat potensi crude yang nggak bisa dipakai agar diproses di kilang luar saja. Hasilnya dikirim ke dalam negeri, itu lebih murah daripada impor minyak langsung. Itu yang akan kita lakukan pada minyak dari Basrah," ungkap mantan Direktur Utama Semen Indonesia ini.

Dwi berujar, kilang paling layak untuk mengolah minyak mentah dari Irak akan dilakukan di kilang India.

"Minyaknya saat ini paling potensial diolah di kilang India. Kita bayar toll fee saja. Karena ongkos angkut ke kilang India yang paling murah," pungkasnya. (wdl/wdl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads