Salah satu tantangan yang dihadapi BATAN untuk penelitian dan pengembangannya adalah ketiadaan dana. Untuk pemetaan potensi thorium saja BATAN butuh Rp 3 miliar per tahun. Penelitian thorium hingga siap digunakan membutuhkan dana hingga US$ 299 juta atau Rp 3,9 triliun.
Namun, Rusia rupanya tertarik untuk membiayai dan mengembangkan thorium di Indonesia melalui kerjasama antar pemerintah atau government to government (G to G).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menambahkan, pemanfaatan thorium untuk energi masih butuh waktu hingga beberapa dekade ke depan. Penelitian sudah dilakukan di berbagai negara, namun belum pernah ada negara yang secara penuh mengaplikasikan secara komersial.
"Masih butuh beberapa dekade sampai PLTN berbasis thorium dapat terwujud. "Butuh waktu untuk pengembangan thorium. Kita prioritaskan uranium, baru setelah itu thorium," tutupnya. (hns/hns)











































