Kemenkeu: Harga Minyak Bukan Isu Utama di APBN

Kemenkeu: Harga Minyak Bukan Isu Utama di APBN

Maikel Jefriando - detikFinance
Selasa, 16 Feb 2016 18:58 WIB
Kemenkeu: Harga Minyak Bukan Isu Utama di APBN
Foto: CNN.com
Jakarta - Harga minyak dunia masih berada pada titik yang sangat rendah, yakni di level US$ 30/barel. Sementara dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) Perubahan 2016 diasumsikan Indonesian Crude Price (ICP) sebesar US$ 50/barel.

Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan Askolani mengatakan, harga minyak dunia bukanlah isu utama dalam perubahan APBN. Meskipun akibat pergerakan tersebut memberikan pengaruh terhadap penerimaan negara, khususnya PPh Migas dan PNBP. Tapi, porsinya tidak signifikan.

"Indikasi awal kemungkinan di bawah US$ 50/barel, tapi kan kita menyiapkan APBN P itu setelah jalan beberapa bulan APBN dan itu akan melihat nggak cuma minyak tapi juga belanja. Kalau minyak itu bukan isu utama," ujarnya di Gedung Djuanda, Kemenkeu, Jakarta, Selasa (16/2/2016).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

APBN memang baru berjalan satu setengah bulan. Askolani menganggap kondisi sekarang masih sangat terkendali. Butuh melihat kondisi beberapa bulan ke depan, untuk kemudian kembali menghitung angka-angka yang tertera pada APBN.

"Sementara masih managable, kanย  baru 1,5 bulan. Nanti pada waktunya kita sampaikan," terang Askolani.

Ada tiga hal utama yang menjadi pertimbangan dalam mengubah APBN. Pertama adalah sisi perubahan asumsi makro yang signifikan, seperti pertumbuhan ekonomi, nilai tukar rupiah dan inflasi. Kedua yaitu penerimaan negara yang anjlok dan ketiga adalah belanja yang melonjak.

"Sementara ini Menkeu masih confirm dengan angka itu dan tentunya Menkeu sudah ada strategi. Soal ada perubahan apakah sama atau lebih kecil itu skemanya APBN P," paparnya.

Askolani meyakini, APBN akan dijaga dengan sangat hati-hati sampai dengan setahun ke depan. Seperti yang dilakukan sebelumnya, meskipun penerimaan pajak anjlok, akan tetapi defisit anggaran tetap dijaga pada level 2,5%.

"Pemerintah itu pasti hati-hati, kan terbukti 2015. Jadi, walaupun Januari sampai ujung tahunnya juga harus hati-hati," tegas Askolani. (mkl/drk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads