Presiden Direktur PT Bhimasena Power Indonesia (BPI), Mohammad Effendi mengatakan pengerjaan selesai 50 bulan. Pada rencana awal, bila pengerjaan bisa dilakukan sejak 2012, maka di 2017 sudah selesai dan bisa beroperasi. Molornya pengerjaan akibat pembebasan lahan seluas 12,5 hektar dari 226 hektar total lahan.
"Rencana selesai 50 bulan setelah bulan depan. Seharusnya awalnya 2017 selesai, tapi untuk pembebasan lahan butuh 4 tahun, yang 12,5 hektar," kata Effendi usai prosesi penutupan panel terakhir di lokasi PLTU Batang, Kamis (24/3/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Target beroperasi di 2020 tersebut, lanjut Effendi, kemungkinan tidak akan mundur lagi mengingat investor dari Jepang yang cukup disiplin serta lebih bisa direncanakan ketimbang pembebasan lahan.
"Kalau molor lagi, tidak. Kalau pembangunan kan lebih bisa di-planning," tegasnya.
Diketahui, investor yaitu PT BPI yang merupakan perusahaan join venture yang dibangun oleh tiga konsorsium antara Electric Power Development Co., Ltd. (J-Power), PT Adaro Power, yang seluruhnya adalah dimiliki Adaro Energy dan Itochu Corporation (Itochu). Nilai investasinya US$ 4 miliar.
Effendy mengaku lega dengan sudah bebasnya lahan seluas 12,5 hektar sehingga konstruksi bisa dimulai. Proses konsinyasi dengan menerapkan UU No. 2/2012 akhirnya bisa diselesaikan dengan baik dan dokumen hasil pembebasan lahan telah diserahkan dari BPN kepada PT PLN (Persero) pada 8 Desember 2015 lalu.
"Lega banget, cuma saya kadang-kadang agak sedih, kenapa tidak dari dulu. Bayangkan dari 226 hektar hanya 12,5 hektar yang bikin lama," tandasnya.
Dengan adanya PLTU bertenaga 2 x 1.000 MW itu maka bisa memicu industri lain, dan itu bisa membuat Kabupaten Batang bukan hanya sebagai daerah yang dilewati namun juga menjadi tujuan, hal itu juga bakal didukung apabila tol Semarang-Batang selesai dibangun.
"Kalau ada jalan tol Semarang-Batang, maka tol jadi perlintasan, yang mampir ke Batang sedikit. Tapi kalau ada ini (PLTU), bisa menarik industri lain, jadi Batang itu tujuan, bukan hanya perlewatan," tandasnya.
Ia juga menegaskan permasalahan lahan sudah rampung dan untuk lahan yang digarap untuk pertanian pihaknya juga sudah menyiapkan lahan pengganti di Kecamatan Tulis, Batang dengan luas 32 hektar.
Pembangunan PLTU di Jawa Tengah merupakan bagian dari program elektrifikasi Jawa-Bali serta komitmen Pemerintah untuk merealisasikan penyediaan listrik sebesar 35.000 MW dalam jangka waktu 5 tahun (2014-2019). Dengan dimulainya konstruksi, diharapkan PLTU Jawa Tengah akan dapat beroperasi pada 2020 serta memasok kebutuhan listrik nasional yang kebutuhannya terus meningkat lebih dari 8% per tahun. (alg/wdl)