Â
"Sumur HLS-E/1 ini tajak pertama kali pada 28 November 2015 menggunakan rig PDSI type N110/M3-28 dan dinyatakan selesai pada 12 Maret 2016, sesuai target yang telah ditetapkan. Sumur geothermal terdalam di Indonesia sebelumnya adalah sumur AWI 9-9 di lapangan panas bumi Gunung Salak dengan kedalaman akhir mencapai 3170 mku," kata Sekretaris Perusahaan PT Pertamina Geothermal Energy, Tafif Azimudin, dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (24/3/2016).
Sumur HLS-E/1 merupakan sumur pemboran berarah tipe big hole dengan sudut inklinasi mencapai 40,6°. Terletak di Cluster E Proyek Hululais PGE, sumur ini memperlihatkan potensi produksi yang cukup menjanjikan.
Dari profil pemanasan (heating up) selama 13 jam, sumur HLS-E/1 dapat mencapai temperatur 270°C, yang artinya sumur ini sangat memungkinkan untuk mampu melakukan self-discharge sehingga dapat berproduksi lebih lama dari sumur lainnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Â
"Keberhasilan ini sekaligus membuktikan kemampuan anak negeri dalam pemanfaatan kecanggihan teknologi serta ketepatan model Geosains dan Reservoir yang telah disusun secara akurat. Proyek ini sangat dihandalkan untuk membantu mengatasi kekurangan kebutuhan energi listrik di wilayah Bengkulu dan sekitarnya," imbuhnya.
Lokasi Proyek Hululais terletak di terletak di Kabupaten Lebong, Provinsi Bengkulu yang berjarak sekitar 180 km dari kota Bengkulu. Melalui project Hululais, PGE diharap mampu menyumbang listrik sebesar 1x55 MW pada Januari 2018 dan tambahan 1x55 MW pada Desember 2019.
Saat ini, total kapasitas terpasang PGE sebesar 437 MW setelah beroperasinya PLTP Kamojang Unit 5 yang merupakan pengembangan dari Area Kamojang. Peresmian beroperasinya PLTP Kamojang 5 dilakukan oleh Presiden Republik Indonesia, Bapak Joko Widodo, pada tanggal 5 Juli 2015. (feb/feb)











































