'Penyimpanan BBM RI di Luar Negeri Hanya Sementara'

'Penyimpanan BBM RI di Luar Negeri Hanya Sementara'

Michael Agustinus - detikFinance
Jumat, 25 Mar 2016 18:30 WIB
Penyimpanan BBM RI di Luar Negeri Hanya Sementara
Foto: Hasan Alhabshy
Jakarta - Pemerintah berencana meningkatkan cadangan BBM nasional dengan cara menyewa tangki-tangki penyimpanan (storage) BBM di negara lain. Cadangan BBM Indonesia saat ini hanya 18-22 hari, jauh di bawah Malaysia, Singapura, China, Jepang, dan Amerika Serikat (AS).

Tetapi, penyimpanan BBM di luar negeri ini hanya untuk sementara saja atau jangka waktu yang pendek. Dalam jangka panjang, pemerintah akan membangun storage-storage di dalam negeri sehingga cadangan BBM dapat disimpan dalam jumlah besar di negeri sendiri.

"Tidak ada itu niat menyimpan cadangan BBM di luar negeri, itu hanya untuk 'masa transisi' saja. Kita ingin mengundang investor untuk membangun storage di Indonesia, juga BUMN. Tapi sambil menunggu storage dibangun, cadangan kita disimpan dulu di luar negeri, ini hanya transisi," kata Staf Khusus Menteri ESDM, Said Didu, kepada detikFinance, Jumat (25/3/2016).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Said menjelaskan, sekarang adalah saat yang tepat untuk menimbun BBM sebanyak-banyaknya. Sebab, harga minyak dunia sedang murah, di bawah US$ 40/barrel. Tetapi, storage di Indonesia kapasitasnya sangat terbatas, maka perlu menyewa storage di luar negeri untuk menimbun BBM selagi harganya murah.

"Kenapa kok kita mau simpan di luar negeri? Kalau kita hitung sekarang storage kita nggak ada," ujarnya.

Said optimistis 'masa transisi' tersebut tak akan berlangsung lama, storage-storage di dalam negeri akan segera terbangun. Pemerintah telah menetapkan target untuk meningkatkan cadangan BBM hingga 15 hari, sehingga cadangan BBM nasional menjadi lebih dari 30 hari.

"Dengan adanya kebijakan pemerintah terkait cadangan strategis nasional, maka dipastikan akan muncul investasi untuk storage," ujar Said.

Dirinya yakin akan banyak investor yang tertarik untuk membangun tangki penyimpanan cadangan BBM meski belum ada insentif-insentif khusus yang disiapkan pemerintah. Sebab, bisnis storage BBM menjanjikan keuntungan yang menggiurkan.

"Selama itu masih ekonomis, jangan pikirkan insentif. Sekarang ada banyak KEK (Kawasan Ekonomi Khusus), bisa saja mereka (investor) masuk bangun storage di sana," cetusnya.

"Sekarang investasi untuk storage sangat terbuka lebar, baik untuk swasta lokal atau asing, siapa saja boleh. Pertamina pun akan membangun storage, swasta juga pasti mau bangun," Said melanjutkan.

Dia menambahkan, bukan tidak mungkin ke depan Indonesia bisa berbisnis penyewaan tangki cadangan BBM jika kapasitas storage yang dibangun nantinya sangat besar.

"Misalkan kita bangun di Morotai di Indonesia Timur, mungkin bisa melayani kebutuhan Filipina. Ini bisa jadi bisnis, seperti yang dilakukan Singapura," tuturnya.

Selain itu, semakin besar storage tentu makin besar pula cadangan BBM yang dimiliki. Kondisi ini berbanding lurus dengan ketahanan energi nasional. Dampak negatif dari gejolak harga minyak dunia juga bisa lebih diredam. Karena itu, Said menilai pembangunan storage-storage BBM harus segera terealisasi.

"Kita harus punya cadangan yang kuat untuk ketahanan energi dan mengantisipasi fluktuasi harga BBM. Juga untuk buffer stock supaya tidak dipermainkan spekulan minyak," tutupnya. (feb/feb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads