Efisiensi Triliunan Pertamina: Bubarkan Petral Hingga Cegah Kapal 'Kencing'

Laporan dari Shanghai

Efisiensi Triliunan Pertamina: Bubarkan Petral Hingga Cegah Kapal 'Kencing'

Wahyu Daniel - detikFinance
Selasa, 29 Mar 2016 08:32 WIB
Foto: Grandyos Zafna
Shanghai - Di tengah harga minyak yang turun, dan dalam rangka peningkatan daya saing, PT Pertamina (Persero) melakukan sejumlah langkah efisiensi, di bawah kepemimpinan Direktur Utama, Dwi Soetjipto.

Dwi yang telah memimpin Pertamina memasuki tahun keduanya ini menceritakan sejumlah langkah efisiensi yang dilakukan.

Pertama adalah pembubaran anak usahanya Petral sejak tahun lalu. Peran Petral selaku importir minyak untuk Pertamina digantikan oleh Integrated Supply Chain (ISC). Efisiensi seratus juta dolar Amerika Serikat (AS) atau triliunan rupiah terjadi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Lewat ISC, efisiensi pengadaan minyak tahun lalu mencapai US$ 215 juta, dan tahun ini karena harga minyak turun kami targetkan US$ 150 juta," jelas Dwi, di Hotel Shangri-La, Shanghai, Senin (28/3/2016).

Dia bercerita, tahun lalu ISC mengejar target membuka tender pengadaan minyak dan BBM secara bebas. Ada lebih dari 150 perusahaan yang ikut tender. Tujuannya adalah, mendapatkan harga terbaik.

Sementara di tahun ini, pengadaan minyak diubah lagi penilaiannya. ISC akan mencari penawar dengan minyak yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Artinya, minyak yang dipilih ISC adalah jenis minyak mentah yang hasil akhirnya di kilang bernilai paling tinggi.

Kemudian, Dwi mengatakan, Pertamina juga menurunkan persentase losses atau susut dalam tiap minyak atau BBM yang dikirim. Selama ini memang jadi rahasia umum bila jumlah minyak atau BBM yang dikirim dan diterima jumlahnya tidak sama. Istilah ini dikenal dengan kapal 'kencing' di tengah laut.

Dwi pun menekan persentase losses ini, sehingga efisiensi meningkat. Bayangkan, dari losses ini ada efisiensi US$ 250 juta atau triliunan rupiah tahun lalu.

"Kita buat data, setiap ada data losses, saat itu juga kapal kita tahan. Yang dibutuhkan adalah keberanian. Sedang perang dengan losses," tegas Dwi.

Dia menyatakan, akan membela kapten-kapten kapal yang berani melawan penyelewengan permainan losses ini.

Di tahun ini, Pertamina akan menerapkan teknologi alat pengukur di setiap kapal atau truk pengangkut BBM untuk mengurangi losses.

"Yang lalu pernah ada rencana memasang alat seperti ini tapi alatnya selalu dirusak. Sekarang kalau alatnya dirusak, dari atas sampai bawah akan dikenakan sanksi," tegas Dwi.

Lalu efisiensi yang dilakukannya adalah di pengadaan barang. Sebelumnya, masing-masing direktorat di Pertamina melakukan pengadaan barang sendiri-sendiri.

Akibatnya, jelas Dwi, ada barang berjenis sama dibeli tapi harganya berbeda dan selisihnya bisa sampai 40%.

"Pengadaan dan inventori kita inventarisasi jadi satu. Perbedaan harga bisa dikurangi. Karena beli banyak kita punya bargaining power tinggi. Standarisasi spek juga perlu dilakukan," papar Dwi.

Dari langkah ini, Dwi mengaku, ada efisiensi US$ 90 juta atau Rp 1 triliun lebih. Dwi mengakut tak segan-segan melakukan pembenahan demi efisiensi di tubuh Pertamina.

"Keberanian mengeksekusi atau mengambil tindakan," katanya.

Dia juga akan melakukan pembenahan cash management. Keuangan anak-anak usaha Pertamina harus dikonsolidasi.

"Selama ini anak-anak perusahaan seperti kerajaan sendiri-sendiri. Sekarang pengelolaan keuangan di pusat," katanya.

Dia mencontohkan keuntungan pengelolaan keuangan terpusat ini. Contohnya dalam melakukan pinjaman. Bila kebutuhan pinjaman tiap anak usaha digabung jadi satu dan jumlahnya besar, maka bunga kredit yang didapat bisa lebih murah.

Selain itu, pengelolaan uang kas juga bisa dikontrol. Dana kas bisa ditempatkan di instrumen yang mendapatkan keuntungan tinggi.

"Semangat efisiensi harus ditingkatkan," ucap Dwi.

(dnl/ang)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads