Menurut survei yang dilakukan Pertamina, penurunan harga BBM sebesar itu sudah cukup memuaskan masyarakat pada umumnya.
"Pertamina mengusulkan, kita inginnya Rp 200-400/liter. Kita survei, masyarakat turun segitu sudah senang," kata Direktur Pemasaran Pertamina, Ahmad Bambang, usai disuksi di Hotel Royal Kuningan, Jakarta, Selasa (29/3/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sampai Juni kita akan ada profit lumayan. Jadi ketika nanti Juli-Agustus naik kita jamin harga BBM nggak naik. Jadi masyarakat lagi puasa, lebaran, liburan sekolah, tidak ditambahi beban lagi," tuturnya.
Dia memperingatkan, pada bulan Juli nanti ada puasa, hari raya Idul Fitri, dan libur panjang. Bila harga BBM naik pada momen-momen tersebut, tentu akan mendorong inflasi dan memberatkan masyarakat. Lebih baik sekarang harga BBM turun sedikit dan tak naik pada bulan Juli.
"Periode 3 bulan berikutnya adalah 1 Juli. Kita tau itu puasa, menjelang lebaran, dan liburan anak sekolah. Harga crude (minyak mentah) sudah mulai naik 10 hari belakangan, sekarang sudah US$ 41/barrel. Kalau rata-rata harga BBM nanti naik, apakah pemerintah siap bila harus melakukan perubahan harga BBM dan itu arahnya naik?" tanyanya.
Lagipula, penurunan harga BBM yang besar diyakininya tidak akan berdampak signifikan terhadap harga barang-barang pada umumnya. Sebaliknya kenaikan harga BBM akan selalu diikuti oleh harga barang-barang kebutuhan masyarakat.
"Selama ini terbukti kalau harga BBM turun, itu tidak otomatis diikuti penurunan harga barang-barang pokok. Januari kemarin turun lumayan besar, tapi harga beras, daging naik. Sebaliknya kalau harga BBM naik event cuma Rp 200/liter pasti harga-harga naik, terjadi inflasi," pungkasnya. (ang/ang)











































