Harga Premium dan Solar di Atas Keekonomian, Berapa Surplusnya?

Harga Premium dan Solar di Atas Keekonomian, Berapa Surplusnya?

Michael Agustinus - detikFinance
Selasa, 29 Mar 2016 12:35 WIB
Harga Premium dan Solar di Atas Keekonomian, Berapa Surplusnya?
Foto: Rachman Haryanto
Jakarta - Harga bahan bakar minyak (BBM) jenis Premium dan Solar yang dijual di SPBU saat ini, yaitu Rp 7.050/liter dan Rp 5.650/liter, sudah di atas harga keekonomian.

Berdasarkan data Kementerian ESDM, harga BBM jenis Premium sudah di bawah Rp 5.000/liter sejak akhir Desember 2015, dan Solar sudah di bawah Rp 4.000/liter. Harga keekonomian bensin Premium mencapai titik terendahnya pada 3 Februari 2016, yaitu Rp 4.800/liter.

Pertamina pun memperoleh 'surplus' dari penjualan Premium dan Solar sejak awal tahun ini. Surplus sejak 1 Januari 2016 sampai hari ini sudah bisa menutupi 'kerugian' Pertamina dari penjualan Premium pada 2015 lalu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pertamina sendiri pernah mengaku rugi Rp 6,3 triliun dari penjualan Premiun selama 1 Januari 2015-31 Desember 2015.

"Itu dibanding loss tahun lalu sudah nutup lah," kata Direktur Pemasaran Pertamina, Ahmad Bambang, usai diskusi di Hotel Royal Kuningan, Jakarta, Selasa (29/3/2016).

Jumlah dana surplus yang diperoleh Pertamina ini akan diperiksa secara rinci oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Ahmad juga mengaku sudah melaporkan dana surplus yang diperolehnya kepada pemerintah melalui Ditjen Migas Kementerian ESDM.

"Nanti pemerintah yang mengumumkan. Saya sudah sampaikan ke Ditjen Migas, nanti diaudit BPK," tukas dia.

Sebelumnya, Menteri ESDM Sudirman Said mengakui Pertamina mendapatkan surplus dari penjualan Premium dan Solar ini. Surplus dana tersebut dipegang oleh Pertamina. Kementerian ESDM melakukan kontrol dengan meminta Pertamina melaporkan terus surplus yang diterimanya.

"Ada, surplusnya punya negara tapi disimpan oleh Pertamina. Pertamina diminta terus melaporkan," kata Sudirman.

Tetapi menurutnya, dana surplus yang disimpan Pertamina tidak terlalu banyak. Pemerintah juga belum memiliki rencana untuk menggunakan dana tersebut sebagai Dana Ketahanan Energi (DKE).

"Kecil itu selisih naik turun harga, tidak terlalu material. Belum sampai ke DKE," ucapnya. (ang/ang)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads