Rata-rata pemborosan energi di rumah tangga 10%, di gedung perkantoran milik swasta 20%, industri 25%, toko-toko dan pasar 25%, sedangkan di kantor-kantor pemerintah 25-30%.
Direktur Utama EMI, Aris Yunanto, mengungkapkan konsumsi listrik di kantor-kantor pemerintahan sangat tidak efisien karena berbagai kebiasaan buruk.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Banyak penyebabnya, misalnya lampu menyala terus, equipment kantor masih menyala saat tidak dipakai, AC masih dalam keadaan standby, dan sebagainya," ujar Aris kepada detikFinance di Jakarta, Rabu (30/3/2016).
Dia menyebutkan, salah satu penyebab utama tidak efisiennya konsumsi energi kantor pemerintahan adalah pola anggaran tahunan. Kantor-kantor pemerintah tidak menghitung pengeluaran harian, termasuk untuk konsumsi listrik.
"Anggarannya kan tahunan, perencanaannya tidak harian," ucapnya.
Salah satu sumber utama pemborosan listrik adalah AC central yang terus menyala selama jam kerja, termasuk saat ruangan kosong. Aris menyarankan agar gedung-gedung pemerintah memasang inverter, dengan begitu AC central dapat menyesuaikan daya yang digunakan, seperti mati saat tidak ada orang atau hanya menyala sedikit ketika ruangan sepi.
"AC central bisa dipasangi sensor. Harganya masih di bawah Rp 5 miliar, harga AC central kan di atas Rp 10 miliar," tukasnya.
Dengan langkah-langkah sederhana itu, energi bisa dihemat, kelestarian lingkungan lebih terjaga, cadangan listrik PLN juga menjadi lebih banyak sehingga mencegah listrik 'byar pet'. (wdl/wdl)