"Subsidi LPG akan kita alihkan untuk pembangunan infrastruktur jargas, sehingga jargas bisa lebih cepat digerakkan. Kalau dicabut sih nggak, pengalihan saja. Kita akan usulkan ke Komisi VII DPR, kalau disetujui tentu nanti dibahas di Badan Anggaran," kata Dirjen Migas Kementerian ESDM, IGN Wiratmaja Puja, dalam diskusi di Gedung Migas, Jakarta, Jumat (8/4/2016).
Wiratmaja menjelaskan, pembangunan jargas secara otomatis akan mengurangi konsumsi elpiji. Semakin luas jargas rumah tangga, semakin kecil subsidi elpiji.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Begitu jargas terbangun, konsumsi elpiji di sana kan berkurang. Itu yang bergerak terus. Cuma karena jargas belum banyak, sekarang belum terasa. Kalau sudah ratusan ribu atau bahkan jutaan rumah tangga (yang beralih ke gas bumi) baru terasa," paparnya.
Penghapusan subsidi elpiji akan dimulai dari kota-kota yang sudah sebagian besar penduduknya sudah mendapat jargas, misalnya Prabumulih.
"Prabumulih kan tahun depan 90% sudah jargas, elpiji-nya otomatis akan mulai hilang di sana, subsidinya akan berkurang," tutur Wiratmaja.
Tahun depan, rumah-rumah tangga di Tarakan juga bisa menikmati sambungan gas. "Kita akan mulai (penghapusan subsidi elpiji) dari daerah yang sudah banyak jargas. Tahun ini baru Prabumulih yang sudah 90% jargas, tahun depan Tarakan, jadi akan bergerak terus," ucapnya.
Pada tahun ini, pemerintah mengalokasikan dana Rp 1,3 triliun dari APBN untuk membangun 89 ribu sambungan gas ke rumah tangga. Tahun depan, pemerintah akan membiayai pembangunan sambungan gas untuk 200.000 rumah tangga lagi.
"Investasi untuk jargas dari APBN tahun ini Rp 1,3 triliun untuk 89 ribu rumah tangga. Tahun depan untuk 200 ribu rumah tangga, berarti akan kita usulkan sekitar Rp 3 triliun," tutupnya. (ang/ang)