PT Pertamina Eksplorasi dan Produksi Cepu (PEPC), anak usaha Pertamina yang mengoperasikan lapangan migas tersebut mengungkapkan, dalam rencana pengembangan (Plan of Development/PoD) yang dibuat PEPC, puncak produksi (peak) Banyu Urip direncanakan hanya 165 ribu bph selama 3 tahun.
"Produksi sekarang hampir 170 ribu bph. Peak produksi di PoD sebenarnya 165 ribu bph, tapi beberapa hari ini sudah 170 ribuan bph. Peak-nya 3 tahun, tapi ada kemungkinan bertambah panjang. Seiring kita lakukan pemboran, pengetahuan kita makin baik, recovery factor makin tinggi," kata Direktur Utama PEPC, Adriansyah, dalam diskusi di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Jumat (8/4/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudian produksi naik lagi pada Desember 2016 setelah Train A Proyek Banyu Urip mulai berproduksi (on stream). Produksi terdongkrak sampai 130 ribu bph. Lalu saat Train B juga on stream, produksi meroket sampai melampaui 160 ribu bph.
"Kenaikan pada 2015 sangat signifikan. Awal tahun 2015 cuma 40 ribu bph. Kemudian awal Desember 2015 bisa kita dorong sampai 130 ribu-an bph. Mulai Februari 2016 bahkan 160-180 ribu bph," tuturnya.
Produksi minyak dari lapangan Banyu Urip sebetulnya masih bisa digenjot hingga lebih besar lagi. Bisa saja sampai 200 ribu bph. Tetapi, PEPC menjaga produksi tetap di level 165-185 ribu bph karena alasan teknis.
Kapasitas tangki penampung minyak dan pipa untuk penyaluran terbatas, begitu juga fasilitas lainnya. Produksi yang terlampau besar bisa membahayakan operasi. Jika ada badai dan kapal tak bisa segera merapat misalnya, tangki akan kelebihan kapasitas sehingga produksi terpaksa dihentikan sementara.
"Sebenarnya bisa di atas 165 ribu bph. Tapi tergantung kapasitas pipa, kapasitas fasilitas. Kalau kita nggak bisa pompa minyak, terpaksa operasi berhenti. Jadi kita maintain di level 165-185 ribu bph," ujar Adriansyah.
Produksi minyak yang melimpah dari Banyu Urip ini turut menjaga kestabilan produksi minyak nasional. Dengan tingkat produksi saat ini, Banyu Urip menopang hampir seperlima dari total produksi minyak nasional. "Selama Banyu Urip berproduksi, kita bisa jaga produksi kita (nasional) hampir di rata-rata. 165 ribu bph itu hampir 20 persen lifting kita," tutupnya. (wdl/wdl)











































