Direktur Utama PEPC, Adriansyah, mengungkapkan dengan tingkat harga minyak rendah sekarang pun, pihaknya masih memperoleh keuntungan dari produksi minyak di Cepu.
Biaya produksi minyak dari Lapangan Banyu Urip tak lebih dari US$ 20/barel. Maka bila harga minyak jatuh sampai US$ 30/barel pun produksi minyak dari Banyu Urip masih ekonomis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rata-rata produksi minyak dari Banyu Urip kini sudah di atas 170.000 barel per hari (bph). Dalam rencana pengembangan (Plan of Development/PoD) yang dibuat PEPC, sebenarnya puncak produksi (peak) Banyu Urip direncanakan hanya 165 ribu bph selama 3 tahun.
Tetapi ternyata cadangan minyak yang ada lebih besar dari yang diperkirakan. Peak bisa melebihi 165 ribu bph dan bisa berlangsung lebih dari 3 tahun.
Produksi minyak yang melimpah dari Banyu Urip ini, Adriansyah menambahkan, turut menjaga kestabilan produksi minyak nasional. Dengan tingkat produksi saat ini, Banyu Urip menopang hampir seperlima dari total produksi minyak nasional.
"Selama Banyu Urip berproduksi, kita bisa jaga produksi kita (nasional) hampir di rata-rata. 165 ribu bph itu hampir 20 persen lifting kita," tutupnya. (wdl/wdl)











































