Berkat kedua kilang tersebut, total kapasitas produksi kilang Pertamina meningkat hingga 178.000 barel/hari, dari RFCC Cilacap 91.000 barel/hari dan 87.000 barel/hari dari Kilang TPPI.
"Dengan selesainya RFCC di Cilacap, kita nambah 91.000 barel per hari. Ada tambahan 61.000 barel setara Pertamax 92, 30.000 barel Premium. Kalau TPPI itu sekitar 87.000 barel per hari," kata Direktur Pengolahan Pertamina, Rachmad Hardadi, saat ditemui di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (19/4/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Impor BBM akan terus dikurangi secara bertahap melalui modifikasi kilang lama dan pembangunan kilang baru. Menurut perkiraan Rachmad, Indonesia bisa terbebas dari impor BBM mulai 2024.
Rachmad membeberkan, pihaknya berencana akan melakukan upgrade (Refinery Development Master Plan/RDMP) untuk meningkatkan kapasitas Kilang Balikpapan dan Kilang Cilacap. Juga membangun 2 kilang baru (Grass Root Refinery/GRR), yaitu di Tuban dan Bontang.
Kalau semuanya berjalan lancar, kapasitas kilang di dalam negeri dapat mengimbangi konsumsi BBM di dalam negeri pada 2024. Kapasitas kilang yang saat ini baru 1 juta barel per hari bisa meningkat 120% menjadi 2,2 juta barel per hari.
Bukan hanya dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri, Indonesia bahkan bisa mengekspor solar untuk memenuhi permintaan di luar negeri.
"Kalau RDMP selesai, 2 GRR selesai, tahun 2024 kita sudah nggak impor, sudah mandiri. Kapasitas kilang kita sudah 2,2 juta barel per hari. 2020 justru kita sudah ekspor solar," pungkasnya. (hns/hns)











































