Sebelumnya, pada pertemuan OPEC yang dipimpin Menteri Energi dan Industri Qatar, Dr. Mohamad bin Saleh Al-Sada gagal mencapai kesepakatan. Pertemuan yang melibatkan 18 negara penghasil minyak termasuk negara non-OPEC Rusia, gagal menstabilkan output di level Januari hingga Oktober 2016. Pertemuan berikutnya direncanakan dilakukan pada Juni 2016.
Akibat kegagalan tersebut, harga minyak jatuh sekitar 5 persen pada 18 April 2016. Pasar merespons negatif karena adanya kekawatiran banjir pasokan bahan bakar yang tidak diinginkan. Kegagalan terjadi setelah Arab Saudi menuntut Iran bergabung dalam kesepakatan tersebut. Iran menyatakan produksi minyaknya tidak akan dipangkas demi mendongkrak pangsa pasarnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami mengharapkan agar kita terus berupaya untuk mewujudkan hal tersebut," ujar Sudirman Said, seperti dikutip dari keterangan tertulis, Jumat (21/4/2016)
Dubes RI untuk Qatar, Marsekal Madya TNI (Purn) Muhammad Basri Sidehabi yang menjadi anggota delegasi mengatakan, perundingan memerah pikiran dan berjalan alot hingga molor sampai malam hari. Sebagai Sekjen sementara OPEC, Menteri Al-Sada sangat mendukung Indonesia untuk memimpin OPEC pada pemilihan mendatang. Sebelumnya, Qatar juga mendukung Indonesia agar menjadi anggota OPEC kembali pada awal 2016.
Keseriusan Qatar tercermin dari pernyataan yang disampaikan ketika menerima kunjungan pejabat tinggi Indonesia ke Qatar. Pernyataan tersebut juga pernah dilontarkan ketika pertemuan Delegasi DPD yang dipimpin Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI, Prof Dr. Farouk Muhammad dengan Menteri Saleh Abdulla Al Sada pada akhir Desember 2015. Qatar mengharapkan Indonesia mengusulkan calonnya untuk menjadi Sekjen OPEC karena dianggap memiliki banyak pakar Migas.
Sebagai Sekjen OPEC sementara, Qatar beranggapan Indonesia dapat berperan dalam menjembatani perbedaan antara anggota OPEC. Hubungan baik Indonesia dengan Arab Saudi dan Iran menyebabkan mengapa Indonesia digadang-gadang sebagai Sekjen OPEC. Menurut Dr. Widhyawan Prawiraatmadja, Indonesia dianggap berhasil ketika memimpin OPEC karena memiliki hubungan yang sangat baik dengan semua negara anggota OPEC. "Selain itu Indonesia juga anggota G-20 yang memiliki pengaruh," ujarnya.
Diutarakan pula bahwa berdasarkan aturan OPEC, Sekjen OPEC selanjutnya ditentukan secara bergilir sesuai urutan abjad. Kemungkinan besar setelah Qatar adalah Venezuela. Hasil keputusan OPEC bersifat konsensus. Mengingat kedekatan hubungan Venevuela dengan Iran yang berseberangan dengan Arab Saudi tentunya membuka peluang Indonesia menjadi Sekjen OPEC berikutnya.
"Indonesia siap memimpin OPEC jika dikehendaki anggota lainnya. Kesiapan Indonesia juga didukung penuh oleh Dubes Sidehabi. "Indonesia harus memanfaat peluang tersebut", cetusnya (hns/hns)











































