Dua Kilang Ini Beroperasi, Impor Premium Turun 30%

Dua Kilang Ini Beroperasi, Impor Premium Turun 30%

Michael Agustinus - detikFinance
Jumat, 22 Apr 2016 18:40 WIB
Dua Kilang Ini Beroperasi, Impor Premium Turun 30%
Foto: Hasan Al Habshy
Jakarta - PT Pertamina (Persero) mengoperasikan Kilang Residual Fluid Catalytic Cracking (RFCC) Cilacap pada 2015 lalu. Selain itu, Pertamina juga mengambil alih Kilang TPPI di Tuban. Beroperasinya kedua kilang ini membuat impor bahan bakar minyak (BBM) jenis premium turun 30%.

"Kami sudah bertahap mengurangi impor premium dengan mengoperasikan RFCC Cilacap juga kilang TPPI yang sanggup produksi hingga 91.000 barel per hari premium. Akibatnya, impor premium nasional bisa turun 30%," kata VP Corporate Communication Pertamina, Wianda Arindita Pusponegoro, saat dihubungi detikFinance di Jakarta, Jumat (22/4/2016).

Agar impor BBM semakin berkurang lagi, selanjutnya Pertamina akan meningkatkan kapasitas dan kualitas (upgrade) kilang minyak lama dan membangun kilang baru supaya Indonesia tidak terus bergantung pada impor bahan bakar minyak (BBM).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Wianda mengungkapkan, pertama-tama pihaknya bakal menjalankan Refinery Development Master Plan (RDMP) untuk 4 kilang besar, yaitu kilang Dumai, Plaju, Balongan, dan Balikpapan.

Masing-masing kilang kapasitasnya akan ditambah 100.000 barel per hari. Biaya untuk upgrade tiap kilang kurang lebih US$ 5 miliar atau Rp 65 triliun. Maka dibutuhkan Rp 260 triliun untuk modifikasi 4 kilang tersebut.

"Untuk kilang yang ada kita jalankan RDMP. Biaya investasinya satu kilang sekitar US$ 5 miliar. Ada 4 kilang yang akan di-upgrading, masing masing kapasitas kilang akan naik 100.000 barel per hari," paparnya.

Untuk kilang baru, Pertamina berencana membangunnya di Tuban dan Bontang. Grass Root Refinery (GRR) West 1 Tuban dijadwalkan terbangun pada 2021, GRR East I Bontang pada 2023, dan GRR West 2 dan East 2 Bontang pada 2030.

GRR Tuban direncanakan selesai 2021, biaya investasi (capital expenditure/capex) yang dibutuhkan US$ 12 miliar - US$ 14 miliar. Pertamina diberi penugasan khusus oleh pemerintah untuk membangunnya. Kilang ini bakal berkapasitas 300.000 barel per hari.

Kemudian GRR Bontang diharapkan selesai 2023. Capex US$ 14 miliar, kapasitas produksinya akan mencapai 300.000 barel per hari.

Dengan pembangunan kilang-kilang baru ditambah upgrade kilang-kilang existing, ditargetkan produksi BBM di dalam negeri bisa mencapai 2,5 juta barel per hari pada 2030.

"Apabila RDMP (Refinery Development Master Plan) dan kilang baru selesai maka negara tidak perlu keluarkan devisa untuk impor produk BBM, malahan solar kita akan ekspor," tutup Wianda. (hns/hns)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads