"Impor solar turun sangat signifikan selama kuartal I 2016. Impor turun dari semula 3 juta barel menjadi 0,7 juta barel pada periode yang sama tahun ini," kata VP Corporate Communication Pertamina, Wianda Arindita Pusponegoro, kepada detikFinance di Jakarta, Senin (25/4/2016).
Dia menjelaskan, penurunan solar ini disebabkan oleh 2 hal. Pertama, terjadi penurunan permintaan solar dalam 2 tahun terakhir. Pada 2014, permintaan solar sebesar 171 juta barel per tahun. Di 2015, permintaan solar menurun menjadi 143,44 juta barel.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pelemahan permintaan terus berlanjut sampai saat ini. Otomatis impor solar pun menurun lagi. Penurunan permintaan terutama berasal dari sektor industri yang sedang lesu akibat pelemahan ekonomi global.
Tetapi, berkurangnya impor solar bukan hanya karena faktor permintaan saja.
"Tapi juga disebabkan oleh peningkatan produksi kilang domestik. Hal ini menjadikan tingkat impor turun sangat signifikan," ucap Wianda.
Produksi kilang domestik meningkat dari 29,4 juta barel selama kuartal I 2015 menjadi 31 juta barel pada kuartal I 2016. Tambahan produksi berasal dari kilang TPPI yang mulai dioperasikan Pertamina sejak 2015 lalu.
Sebelumnya, Direktur Pengolahan Pertamina, Rachmad Hardadi mengungkapkan bahwa pihaknya sudah tak mengimpor solar sejak 2 bulan terakhir.
"Selama 2 bulan terakhir, impor Solar stop. Serapan dari konsumsi turun, industri sedang lesu," ungkapnya.
Anjloknya konsumsi solar, sambungnya, terutama berasal dari sektor pertambangan. Merosotnya harga komoditas tambang mempengaruhi aktivitas produksi mineral dan batu bara yang ikutan berkurang. Daerah-daerah tambang seperti Kalimantan sangat terpukul, konsumsi solar di sana pun berkurang drastis.
"Paling menonjol daerah Kalimantan, pertambangan kan anjlok banget," ucapnya. (feb/feb)











































