Salah satunya adalah Belarus, negara bekas Uni Soviet. Belarus merupakan salah satu negara yang terkena dampak langsung tragedi Chernobyl, dan segera menanggulangi penyebaran spektrum radioaktif di wilayahnya.
"Tahapan pertama 1986 sampai 1991. Dimulai tanggal 2 sampai 3 Mei 1986 atau satu minggu setelah ledakan dengan mengevakuasi 45.000 penduduk sejauh 10 kilometer (km). Kedua yang paling penting membersihkan radioaktif," terang Atase Kedutaan Republik Belarusia Andrei Trusov di Kantor Pusat Batan, Jakarta Selatan, Selasa (26/4/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tahapan kedua tahun 1992 sampai 2000 menyiarkan status warga terdampak ledakan reaktor dan pada tahapan ketiga yang dimulai pada 2001 sampai 2010 mengubah spesialisasi ekonomi dengan membangun industri dan memperkenalkan radioecological culture," jelas Andrei.
Pada tahapan berikutnya, Pemerintah Republik Belarus mulai mengembangkan sektor ekonomi di wilayah terdampak hingga meningkatkan perlindungan sosial yang masih berlangsung sampai saat ini.
"Tahapan keempat tahun 2011 sampai sekarang mengembangkan sektor ekonomi di wilayah tersebut, meningkatkan sistem perlindungan medis dan sosial, dan himbauan aktif di media sosial," tutur Andrei.
Fokus Pemerintah Belarus tidak berhenti sampai di situ saja. Sampai saat ini Belarus masih memberikan bantuan finansial kepada para korban yang terkena dampak Chernobyl.
"2016 sampai 2020 kami menyediakan dukungan dana sebesar US$ 1,3 miliar kepada orang yang terkena dampak Chernobyl untuk meningkatkan pelayanan medis dan kontrol distribusi makanan di daerah tersebut," kata Andrei. (hns/hns)











































