Tak Mau Lagi Bergantung Pada Minyak, Arab Saudi Reshuffle Kabinet Besar-besaran

Tak Mau Lagi Bergantung Pada Minyak, Arab Saudi Reshuffle Kabinet Besar-besaran

Wahyu Daniel - detikFinance
Senin, 09 Mei 2016 06:46 WIB
Tak Mau Lagi Bergantung Pada Minyak, Arab Saudi Reshuffle Kabinet Besar-besaran
Foto: Ilustrasi
Jakarta - Negara pengekspor minyak terbesar dunia, Arab Saudi, tak mau lagi ekonominya bergantung pada minyak, pasca anjloknya harga minyak sejak pertengah 2014. Sebagai langkah awal, reshuffle atau perombakan kabinet dilakukan
.
Akhir pekan lalu, Raja Salman mengganti Menteri Perminyakan kawakannya, yaitu Ali al-Naimi yang sudah menjabat di posisi ini sejak 1995.

Al-Naimi digantikan oleh Khaled al-Falih, Chairman dari BUMN perminyakan, Saudi Aramco. Nama Kementerian Perminyakan diganti dengan Kementerian Energi, Industri, dan Pertambangan.

Dilansir dari Reuters, Senin (9/5/2016), perombakan di bidang ekonomi juga dilakukan di sektor perdagangan. Raja Salman menunjuk Majed al-Qusaibi sebagai Menteri Perdagangan dan Investasi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kemudian, Ahmed al-Kholifey ditunjuk sebagai Gubernur Saudi Arabian Monetary Agnecy (SAMA), selaku bank sentral di negara tersebut. Ahmed menggantikan Fahd al-Mubarak yang menduduki posisi itu sejak Desember 2011.

Ini jadi perombakan besar sejak Raja Salman naik takhta pada Januari tahun lalu. Langkah ini dilakukan untuk mendukung rencana anaknya, Pangeran Mohammed bin Salman, untuk melakukan perubahan ekonomi besar-besaran pada 2030.

Program Mohammed utamanya adalah, melepaskan ketergantungan Arab Saudi dari sektor minyak. Antara lain dengan membentuk sovereign wealth fund, melakukan privatisasi terhadap Saudi Aramco, pemangkasan subsidi energi, dan peningkatan investasi.

Bulan lalu, Mohammed mengumumkan rencana ekonomi baru yang akan menjadikan ekonomi Arab Saudi menempati posisi 15 besar di dunia.

Di bawah rencana ini, Arab Saudi ingin mendorong penerimaan negara dari sektor di luar minyak menjadi US$ 266 miliar di 2030, dan menjual 5% dari saham BUMN perminyakannya, yaitu Saudi Aramco, ke bursa saham, untuk mendapatkan uang US$ 1,9 triliun.

Sejauh ini, 87% dari penerimaan Arab Saudi didapat dari minyak. Jatuhnya harga minyak sejak pertengahan 2014 lalu membuat Kerajaan Arab Saudi guncang. Subsidi bensin dipangkas dan utang terpaksa ditarik.

Arab Saudi juga berencana meningkatkan pendapatan dari haji, serta mendorong masyarakat melakukan konsumsi di dalam negeri dengan menciptakan sektor hiburan baru.

Menteri Keuangan, Ibrahim Alassaf, aman di posisi yang didudukinya sejak 1996. Raja Salman dalam pengumuman perombakan akhir pekan lalu, mengubah nama Kementerian Air dan Listrik, menjadi Kementerian Lingkungan, Air, dan Agrikultur. Urusan listrik diserahkan ke Kementerian Energi. (wdl/wdl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads