Kerja sama ini dilakukan karena mahalnya listrik di bandara tersebut.
"Mahalnya biaya listrik di Bandara makanya kita berpikir ada power plant (pembangkit listrik) sendiri," kata Deputi Bidang Usaha Konstruksi dan Sarana dan Prasarana Perhubungan Kementerian BUMN, Pontas Tambunan, di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Rabu (11/5/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ya untuk listrik per tahun (Rp 400 miliar). Kira-kira berkurang ke PLN menjadi 160 miliar, yang Rp 240 miliar untuk membayar investasi kita sendiri," ujar Budi.
Sesuai perjanjian kerja sama, ketiga BUMN akan mengembangkan sumber daya yang dimiliki untuk mengembangkan bisnis Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) di Bandara Soetta.
PGN sebagai BUMN gas akan memasok kebutuhan gas bumi bagi pembangkit listrik tersebut. Sementara WIKA, sebagai BUMN konstruksi akan melakukan proses pengadaan jasa konsultan penyusunan feasibilty study dan mengkoordinasikan dengan pihak lainnya. AP II yang merupakan pengelola Bandara Soetta akan menjadi pengguna utama dari produksi listrik yang dihasilkan oleh PLTG tersebut. (wdl/wdl)











































