Iran Punya Pipa Gas Sampai 300.000 Km, RI Baru 10.000 Km

Iran Punya Pipa Gas Sampai 300.000 Km, RI Baru 10.000 Km

Michael Agustinus - detikFinance
Jumat, 13 Mei 2016 11:10 WIB
Iran Punya Pipa Gas Sampai 300.000 Km, RI Baru 10.000 Km
Foto: Ilustrasi oleh Mindra Purnomo
Jakarta - Minimnya infrastruktur gas membuat kekayaan gas bumi Indonesia tak bisa dimanfaatkan secara maksimal untuk industri di dalam negeri. Sebagian besar gas diekspor, akibatnya nilai tambah justru dinikmati oleh negara-negara lain, misalnya Malaysia dan Taiwan.

Hal ini dianggap memalukan oleh Menko Maritim dan Sumber Daya Rizal Ramli. Rizal mengatakan, gas yang harusnya bisa digunakan untuk industri dan menjadi bernilai tambah tinggi malah diekspor mentah-mentah ke luar negeri, lalu Indonesia mengimpor barang jadi yang bahan bakunya adalah gas dari Indonesia sendiri.

Kementerian ESDM sepakat bahwa gas harus dimaksimalkan manfaatnya demi kesejahteraan rakyat. Maka perlu pembangunan infrastruktur gas yang masif. ESDM menyebut, Iran sebagai salah satu negara yang patut dicontoh Indonesia dalam hal pemanfaatan gas.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Iran adalah negara yang rajin membangun infrastruktur gas, sehingga gasnya bisa digunakan sebesar-besarnya untuk kepentingan dalam negerinya. Total pipa gas yang dibangun Iran saat ini sepanjang 300.000 kilometer (km), terdiri dari pipa transmisi sepanjang 36.000 km dan pipa distribusi 264.000 km.

"Iran itu mereka infrastruktur gasnya sudah bagus sekali, sudah masif sehingga gas mereka bisa lebih dimanfaatkan di dalam negeri," kata Dirjen Migas Kementerian ESDM, IGN Wiratmaja Puja, kepada detikFinance di Jakarta, Jumat (13/5/2016).

Berkat keandalan infrastrukturnya ini pula, Iran tak terlalu bergantung pada minyak bumi. Dalam bauran energi nasionalnya (mix energy), porsi minyak bumi hanya 38%, sedangkan gas yang harganya murah dan ramah lingkungan mencapai 59%. Padahal, Iran adalah negara yang cadangan minyaknya termasuk paling besar di dunia.

Bagaimana dengan Indonesia?

Sejauh ini, total pipa gas yang sudah dibangun baru 9.876 km, terdiri dari 5.150 km pipa transmisi dan 4.726 km pipa distribusi, sangat jauh ketinggalan bila dibandingkan Iran.

Indonesia pun masih bergantung pada minyak meski cadangan minyak sudah tinggal sedikit dan kini sudah jadi net importir. Dalam bauran energi Indonesia, minyak mendominasi dengan 43%, gas baru 18,6%.

Wiratmaja mengatakan, setidaknya perlu penambahan pipa hingga 16.000 km agar gas tak jor-joran diekspor lagi, kuncinya ada di infrastruktur.

"Di road map kita butuh sekitar 16.000 km. Maka kita harus genjot terus pembangunannya. Kuncinya adalah di infrastruktur gas," tandasnya. (drk/drk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads