Bahkan, negara kaya minyak seperti Arab Saudi dan Eropa, sudah gencar mengembangkan EBT. Bagaimana dengan Indonesia?
Saat ini, dari potensi EBT yang dimiliki Indonesia 801,2 Gigawatt (GW), yang dimanfaatkan baru mencapai 1%, atau sekitar 8,66 GW. Padahal, cadangan energi fosil Indonesia makin menipis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rida menambahkan, saat ini pemerintah terus fokus mengembangkan EBT, di antaranya Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP), Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH), Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), dan Pembangkit Listrik Tenaga Bioenergi (PLTB).
"Semuanya kita fokus kembangkan yang sudah implementatif artinya tidak pilot project kita genjot semuanya ada PLTP, PLTMH, PLTS, dan PLTB," tutur Rida.
Di Indonesia, cadangan energi fosil semakin menipis. Cadangan terbukti minyak bumi hanya 3,6 miliar barel, bakal habis dalam 13 tahun lagi dengan asumsi produksi 288 juta barel per tahun.
Cadangan terbukti gas bumi saat ini 100,3 TSCF, hanya akan bertahan sampai kurang lebih 34 tahun lagi dengan asumsi produksi 2,97 TSCF per tahun.
Karena itu, 'harta karun' EBT harus segera dioptimalkan untuk menggantikan energi fosil. Bila terus bergantung pada energi fosil, Indonesia bakal mengalami krisis energi dalam waktu 2-3 dekade mendatang. (wdl/wdl)











































