Indonesia memiliki potensi thorium hingga 140.000 yang tersebar di berbagai daerah mulai dari Bangka hingga ke Sulawesi Barat.
Tingginya potensi thorium sebagai salah satu sumber energi Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. Potensi uranium yang besar di Indonesia dinilai dapat memasok kekurangan energo dalam negeri khususnya untuk industri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pihaknya juga menambahkan agar jangan menutup diri terhadap kemungkinan alternatif energi thorium untuk pembangkit listrik. Kajian mendalam diperlukan untuk mengembangkan potensi thorium yang besar di Indonesia agar pemanfaatan energi alternatif dalam negeri tidak tertinggal dari negara tetangga.
"Jangan karena nuklir kita alergi. Sementara negara-negara lain membangun lama-lama nanti akhirnya Malaysia bangun nanti kita beli dari sana. Baru nanti akhirnya kita kaget kan. Tipikalnya kan kita selalu seperti itu orang bangun baru kita ribut sendiri di dalam," pungkas Saleh.
Penggunaan thorium sebagai bahan bakar pembangkit listrik dinilai cukup efisien. Pembangunan pembangkit dengan energi thorium juga tidak membutuhkan waktu yang lama, sehingga dapat mencukupi kebutuhan listrik dalam negeri khususnya industri.
"Untuk membangun tenaga thorium juga cepat, tidak terlalu lama pembangunan. Nanti para ahli yang lihat. Jangan kita alergi, kalau itu memang feasible kenapa tidak? Untuk jadi negara industri kan kebutuhan listriknya cukup tinggi," tutur Saleh.
Kapasitas listrik di Indonesia juga terbilang masih rendah jika dibandingkan dengan negara-negara lainnya di Asia Tenggara. Saleh berharap agar kapasitas listrik di Indonesia dapat meningkat dari 210 watt per kapita menjadi 500 watt per kapita.
"Sementara kita megawatt perkapita baru 210 watt per kapita. Padahal di negara lain seperti Malaysia sudah 890 watt per kapita. Singapura udah 2000 watt per kapita. Negara-negara ASEAN sudah jauh di atas kita. Sampai 500 watt per kapita saja udah bagus," tutup Saleh. (dna/ang)











































