Pemanfaatan thorium nantinya dapat digunakan sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Thorium (PLTT) dengan hasil limbah yang tidak terlalu banyak dibandingkan uranium.
"Produksi listrik kita mengkhususkan di thorium karena problem selama menggunakann uranium selalu meninggalkan limbah yang cukup banyak. Thorium limbahnya sedikit dan bisa dimanfaatkan untuk bahan bakar airspace," ungkap Direktur Utama Industri Nuklir Indonesia (Inuki) Yudiutomo Imardjoko pada Seminar Nasional Thorium sebagai Sumber Daya Revolusi Indonesia di Kementerian Perindustrian, Jakarta Selatan, Selasa (24/5/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Teknologi siap, infrastruktur siap tidak menggunakan APBN sama sekali tapi tidak bisa dibangun karena regulasi. US$ 805 juta sudah siap tapi tidak bisa dibangun padahal cadangannya cukup banyak," kata Yudi.
Dalam waktu dekat, Singapura memberanikan diri untuk membangun PLTT pertama di dunia dan diperkirakan akan jadi proyek percontohan bagi negara-negara lainnya termasuk Indonesia. Padahal dulunya orang Singapura banyak yang belajar mengenai nuklir ke Indonesia dengan di Universitas Gadjah Mada (UGM) dan juga Institut Teknologi Bandung (ITB).
"Singapura ingin jadi negara pertama yang punya PLTT. Mereka ingin negara lain belajar PLTT ke sana. Dulu tahun 1970-an mereka belajar nuklir ke UGM dan ITB, tapi berapa tahun kemudian datang orang Indonesia belajar ke Singapura," tutup Yudi. (ang/ang)