PTBA Genjot Kapasitas PLTU Hingga 5.000 MW

PTBA Genjot Kapasitas PLTU Hingga 5.000 MW

Eduardo Simorangkir - detikFinance
Selasa, 24 Mei 2016 19:58 WIB
PTBA Genjot Kapasitas PLTU Hingga 5.000 MW
Ilustrasi Foto: Dikhy Sasra
Jakarta - PT Tambang Batu Bara Bukit Asam Tbk (PTBA) bakal menggenjot kapasitas listriknya hingga 5.000 MW. Kapasitas listrik itu sekitar 15% dari total proyek 35.000 MW.

"Dalam rencana kita, kita sudah mempunyai business plan, analisa kita bahwa Bukit Asam mempunyai kemampuan menyediakan power plan sampai kapasitas 5.000 MW. Kalau kita bicara program pemerintah 35000 MW, paling tidak 15% bisa dipenuhi oleh Bukit Asam," kata Dirut PTBA, Arviyan Arifin, di Menara Kadin, Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (24/5/2016).

Arviyan optimistis karena menurutnya, dari sisi cadangan batu bara, lokasi, pembebasan lahan itu sangat memungkinkan bagi PTBA untuk mencapai kapasitas listrik sebesar itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Oleh karena itu, kita sudah mulai ke arah sana. Pertama, kita sudah mempunyai pembangkit 2x100 MW di Banjarsari yang kita jual ke PLN Mulut Tambang. Kemudian kita juga sudah mempunyai PPA, sudah ditunjuk oleh pemerintah melalui PLN untuk membangun mulut tambang kita sebut Sumsel 8 2x620 MW," jelasnya.

Menurutnya, proyek-proyek itu sudah groundbreaking. Sudah ada penunjukan kontraktor dan pendanaan alias financial support.

"Cuma sekarang kita belum bisa mulai, karena rencana ini sangat tergantung kepada komitmen PLN dalam hal ini untuk membangun transmisi yang kita sebut HVDC," jelasnya.

Ia mengatakan, saat ini PLN menunda pembangunan 4 project infrastruktur yang terkait dengan pembangunan PLTU Sumsel 8, 9, 10, dan HVDC. Itu dituangkan dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN yang disampaikan ke Kementerian ESDM.

Ia berharap Kementerian ESDM bisa segera menyetujui RUPTL itu bisa segera disetujui. Sebab, PTBA punya potensi cadangan batu bara hingga 8 miliar ton yang bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan pembangkit listrik.

"Karena bagaimana pun untuk membangun PLTA mulut tambang pasti energi yang dihasilkan lebih murah daripada membangun PLTU di luar mulut tambang. Karena ini masalah transportasi," katanya.

Misalkan ada PLTU dibangun di Jawa, maka batu baranya harus dibawa pakai kapal dari luar Jawa. Selain makan waktu dan biaya, kandungan batu bara yang dikirim juga sudah terkena debu dan air sehingga merusak keasliannya.

"Tapi kalau dibakarnya di mulut tambang, dan dialirkan ke listriknya, hal-hal yang tadi saya katakan itu hilang semua. Tinggal kita menghitung cost membawa batu bara dengan cost membawa listrik dengan membangun transmisi. Saya punya keyakinan itu lebih efisien," ucapnya.

Sayangnya, Arviyan belum bisa membeberkan total nilai proyek perusahaan pelat merah ini. Namun ia memastikan sampai saat ini proyeknya sudah masuk tahap konstruksi.

"Secara progress fisik, lahan kita sudah bebaskan, desain enginering sudah kita mulai dan kita siap melakukan kontstruksi," ujarnya. (ang/dnl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads