"Tahun 1996 sebetulnya sudah mulai bangun. Tapi karena krisis moneter, stuck 4 tahun," ujar Supervisor Pembangkitan Kantor Wilayah PT PLN Suluttenggo (Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, dan Gorontalo), Djoni Johanes Kalalo, Rabu petang (25/5/2016).
Kemudian, pada tahun 2000, proses pembangunan PLTP Lahendong unit 1 kembali dilanjutkan. Setelah sekitar setahun penyelesaian pembangunan, PLTP Lahendong unit 1 beroperasi di 2001.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Rata-rata lama pembangunan kurang lebih 2 tahun," terang Djoni.
Djoni menjelaskan, turbin dan generator di PLTP Lahendong unit 1 dibuat oleh Alstom, perusahaan listrik asal Prancis. Sedangkan turbin dan generator PLTP Lahendong 2-4 dibuat oleh Fuji Electric, Jepang.
Sedangkan, pasokan gas untuk PLTP unit 1-4 bersumber dari sumur panas bumi milik PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) di Lehendong. PLN membeli uap panas bumi dari PGE seharga US$ 6,2 sen per kWh.
Selain PLTP Lahendong unit 1-4 milik PLN, saat ini sedang dibangun PLTP Lahendong unit 5 dan 6 dengan kapasitas 2 x 20 MW oleh PGE. Jarak sekitar 15 km dari lokasi PLTP Lahedong 1 dan 2.
Dari total kebutuhan 340 MW saat beban puncak untuk jaringan listrik Sulawesi Utara dan Gorontalo, PLTP Lahendong unit 1-4 menyumbang 80 MW. Sisanya dipasok dari beberapa pembangkit listrik lainnya, seperti Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD), dan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)
"PLTP Lahendong unit 5 dan 6 yang bangun Pertamina, PLTP Lahendong 1-4 murni PLN," tutur Djoni. (hns/wdl)











































