Kaya Gas, Tapi Indonesia Timur Masih Banyak yang 'Gelap'

Kaya Gas, Tapi Indonesia Timur Masih Banyak yang 'Gelap'

Eduardo Simorangkir - detikFinance
Kamis, 26 Mei 2016 17:40 WIB
Kaya Gas, Tapi Indonesia Timur Masih Banyak yang Gelap
Foto: Agus Trimukti/Humas PLN
Jakarta - Pemerintah akan memaksimalkan penggunaan gas sebagai bahan bakar pembangkit listrik, dalam program pembangunan pembangkit listrik 35.000 megawatt (MW). Gas harus bisa jadi penyelamat listrik untuk Indonesia Timur.

Wakil Ketua Unit Pelaksana Program Pembangunan Ketenagalistrikan Nasional (UP3KN) Kementerian ESDM, Agung Wicaksono, mengatakan porsi pembangkit listrik berbahan bakar gas dalam program 35.000 MW adalah 25%.

"Program 35.000 MW total investasi US$ 73 miliar. Diluncurkan Mei 2015. Di awal tahun diterbitkan 1 Perpres mengatur program ini bisa diatur secara cepat. Energi primer dipastikan alokasinya. Porsi gas di dalam program 35000 MW signifikan, 25%," kata Agung dalam diskusi bertema 'Gas Governance in Supporting the Acceleration of Indonesia Economic Development', di IPA Convention & Exhibition, JCC, Senayan, Jakarta, Kamis (26/5/2016).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Agung mengatakan, masih banyak wilayah Indonesia Timur yang masih 'gelap' alias belum mendapatkan listrik. Pemerintah ingin agar potensi gas yang ada digunakan untuk melistriki Indonesia Timur.

"Titik yang menyala masih di (Indonesia) Barat, di Timur gelap. Padahal gasnya dari Timur," ujar Agung.

Meski kaya gas, namun Indonesia banyak mengekspor komoditas energi ini. Bahkan di 2019, Indonesia harus impor gas karena kebutuhan yang semakin tinggi.

Dalam neraca gas bumi yang disusun Kementerian ESDM, Indonesia butuh impor gas sebanyak 1.777 bbtud pada 2019, 2.263 bbtud pada 2020, 2.226 bbtud di 2021, 1.902 bbtud tahun 2022, 1.920 bbtud di 2023, 2.374 bbtud pada tahun 2024, dan 2.304 bbtud di 2025. (wdl/ang)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads