Pertamina Masih Rugi Rp 76,7 M Jualan Premium di 2015

Pertamina Masih Rugi Rp 76,7 M Jualan Premium di 2015

Michael Agustinus - detikFinance
Selasa, 31 Mei 2016 19:00 WIB
Foto: Rengga Sancaya
Jakarta - Meski meraup laba bersih hingga US$ 1,42 miliar atau Rp 18,46 triliun (dengan asumsi kurs dolar Rp 13.000) sepanjang 2015, PT Pertamina (Persero) mengaku masih rugi menjual bahan bakar minyak (BBM) jenis Premium.

Kerugian total dari penjualan Premium selama 2015 diklaim mencapai US$ 5,9 juta atau sekitar Rp 76,7 miliar.

Direktur Utama Pertamina, Dwi Soetjipto, menuturkan penurunan harga minyak dunia pada 2015 lalu belum sampai membuat Pertamina untung dari jualan Premium.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dari penjualan Premium penugasan kita minus US$ 5,9 juta, rugi di 2015," kata Dwi, dalam konferensi pers di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Selasa (31/5/2016).

Tetapi, dia menambahkan, pada akhir 2015 Pertamina sebenarnya sudah mulai mendapat untung dari penjualan Premium. "Di pertengahan kita masih rugi, di akhir 2015 membaik, tapi totalnya masih ada sedikit kerugian," ucapnya.

Direktur Niaga Pertamina, Ahmad Bambang, menambahkan kerugian dari penjualan Premium di 2015 sudah jauh menurun dibanding 2014. Sebagai pembanding, pada 2014 lalu kerugian dari penjualan premium mencapai Rp 3,92 triliun.

"Dibandingkan 2015 membaik. Ruginya di 2014 besar, sampai triliunan rupiah, bisnis hilir sampai minus," ungkap Bambang.

Namun, untuk tahun ini Pertamina sudah besar dari penjualan Premium. Keuntungannya sampai bisa menutupi kerugian dari penjualan Premium tahun lalu dan di 2014.

Bambang menjelaskan, kebijakan pemerintah yang tidak menahan penurunan harga Premium di tengah anjloknya harga minyak dunia membuat Pertamina tak lagi rugi dari Premium. "Ketika harga minyak turun, pemerintah nggak menurunkan harga BBM, nah itu ketutup. Sekarang sudah ketutup (kerugian dari Premium)," ujarnya.

Sementara dari penjualan solar, pada 2015 lalu Pertamina sudah untung sebesar US$ 4,5 juta atau sekitar Rp 58,5 miliar. "Kalau solar di 2015 US$ 4,5 juta positif," tutupnya. (wdl/wdl)

Hide Ads