Pengurangan subsidi secara bertahap ini diyakini tidak akan berdampak signifikan pada daya beli masyarakat. Sebab, harga solar yang ditetapkan pemerintah sebesar Rp 5.150/liter sudah tidak perlu subsidi sampai Rp 1.000/liter akibat harga minyak dunia di level US$ 50/barel.
Maka harga solar tak akan naik banyak kalau subsidi dipangkas hingga tinggal Rp 350/liter, bahkan mungkin tak perlu naik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tujuan pemangkasan subsidi solar ini adalah agar anggaran lebih tepat sasaran, yakni untuk program-program yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Sujatmiko mengungkapkan, penghematan dari hasil pemotongan subsidi BBM akan dialihkan untuk program-program lain yang lebih bermanfaat, misalnya Program Indonesia Terang (PIT) untuk melistriki daerah-daerah terpencil, Dana Ketahanan Energi (DKE) untuk pengembangan energi terbarukan, dan menghimpun cadangan BBM strategis.
"Kita kan punya PIT, DKE, SPR (Strategic Petroleum Reserve). Dari solar kan sudah mulai baik supply demand-nya. Subsidinya akan direalokasi ke program yang lebih tepat sasaran, sudah mulai dibahas di Banggar (Badan Anggaran DPR)," paparnya.
Rencananya, dana sebesar Rp 800 miliar dari subsidi solar akan dialihkan ke DKE, dan Rp 800 miliar juga untuk SPR.
"Ada info awalnya Rp 800 miliar untuk DKE, Rp 800 miliar SPR. Tapi kita belum tahu persis berapa. Minggu-minggu ini Banggar akan putuskan," tutupnya. (ang/ang)











































