Pasokan Listrik di Kalimantan Kurang, Ini Respons Menteri ESDM

Pasokan Listrik di Kalimantan Kurang, Ini Respons Menteri ESDM

Michael Agustinus - detikFinance
Kamis, 16 Jun 2016 17:15 WIB
Foto: Dana Aditiasari
Tarakan - Dalam kunjungannya ke Kalimantan Utara hari ini, Menteri ESDM Sudirman Said prihatin karena dirinya mendapati kabupaten/kota di Kalimantan yang kebutuhan energinya terpaksa bergantung pada negara tetangga, yakni Malaysia.

Ini merupakan sesuatu yang ironis, seharusnya tidak terjadi karena Kalimantan adalah pulau yang memiliki banyak sumber energi, baik energi fosil maupun energi baru terbarukan (EBT). Ada batu bara, minyak bumi, gas, hingga nuklir di dalam tanah Kalimantan.

Tapi Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara (Kaltara), baru pekan lalu mulai mendapat pasokan bahan bakar minyak (BBM) dari negeri sendiri. Selama 70 tahun sejak Indonesia merdeka, warga Nunukan harus membeli BBM seharga Rp 60.000/liter yang dipasok dari Malaysia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lalu 6 kabupaten di Kalimantan Barat (Kalbar), yaitu Pontianak, Mempawah, Bengkayang, Singkawang, Sambas, dan Kubu Raya, harus bergantung pada pasokan listrik dari Serawak, Malaysia.

Masih banyak juga daerah di Kalimantan yang kekurangan listrik. Di Kaltara contohnya, kebutuhan listrik mencapai 150 MW, tapi daya mampu listrik di sana hanya 65 MW atau tak sampai separuhnya.

"Memang tantangan energi cukup besar. Kapasitas terpasang listrik (di Kaltara) hanya 65 MW, tapi kebutuhan 150 MW, karena itu rasio elektrifikasi masih jauh. Jangkauan warga ke BBM juga masih belum cukup, bahkan ada kabupaten yang berpuluh-puluh tahun pasokan BBM-nya dari negara tetangga dan harganya mahal," tutur Sudirman saat ditemui di Bandara Juwata, Tarakan, Kamis (16/6/2016).

Dia menambahkan, negara tak tinggal diam membiarkan penduduk Kalimantan mengalami krisis energi di tanahnya yang kaya. Daerah-daerah terluar yang terisolasi karena minimnya infrastruktur mulai mendapat pasokan BBM dari Pertamina. Untuk Nunukan, BBM diangkut dengan pesawat karena tak ada jalur darat dan laut.

Meski biaya angkut BBM ke Kecamatan Krayan, Nunukan, mencapai Rp 38.000/liter, solar dari Pertamina tetap dijual Rp 5.150/liter agar penduduk di sana bisa menikmati harga yang sama dengan penduduk Indonesia di daerah-daerah lainnya.

"Saya berterima kasih kepada Pertamina yang dengan niat baik menyiapkan angkutan khusus BBM sehingga masyarakat Krayan bisa mendapatkan BBM dengan harga standar," ucap Sudirman.

Kemudian untuk listrik, pihaknya juga berupaya mempercepat pembangunan pembangkit-pembangkit listrik baru di Kalimantan supaya tak ada lagi pemadaman bergilir. PLTA Kayan berkapasitas 900 MW ditargetkan selesai dibangun dalam 4 tahun.

Kalau PLTA Kayan ini berhasil dibangun, bukan hanya penduduk Kalimantan saja yang tercukupi listriknya, tapi Indonesia bisa balik mengekspor listrik ke Malaysia.

"Nanti kalau memang sudah cukup, mencukupi warga dan industri di sini kita ekspor. Selesainya (PLTA Kayan) minimal 4 tahun," pungkasnya. (hns/hns)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads