Ini Tantangan Pengembangan Blok Gas di Natuna

Ini Tantangan Pengembangan Blok Gas di Natuna

Michael Agustinus - detikFinance
Kamis, 30 Jun 2016 21:03 WIB
Ini Tantangan Pengembangan Blok Gas di Natuna
Foto: BBC
Jakarta - Di bagian timur perairan Natuna ada ladang gas terbesar di Indonesia, yaitu Blok East Natuna. Cadangan gas di East Natuna menurut perkiraan paling rendah mencapai 29 TCF, paling besar 57 TCF, dan perkiraan moderat 46 TCF.

Saat ini konsorsium yang terdiri dari PT Pertamina (Persero), Exxon Mobil, dan PTT EP masih melakukan studi mencari cara paling tepat untuk mengembangkan Blok East Natuna.

"Yang banyak dibicarakan adalah East Natuna. Sekarang kita tugaskan Pertamina, Pertamina membentuk konsorsium," kata Dirjen Migas Kementerian ESDM, IGN Wiratmaja Puja, dalam konferensi pers di Kantornya, Jakarta, Kamis (30/6/2016).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tapi tak mudah untuk mengambil gas dari bawah laut Natuna, ada berbagai tantangan. Infrastruktur di Natuna masih buruk. Blok East Natuna yang terletak di laut dalam tentu tak mudah untuk dikelola. Kemudian gas East Natuna mengandung CO2 hingga 72%.

Sampai saat ini masih dicari teknologi untuk pemisahan CO2 yang sangat tinggi itu dan menginjeksinya lagi supaya tidak mencemari udara. Belum pernah ada perusahaan yang pernah memisahkan kandungan CO2 sebesar itu.

"Tentu untuk mengembangkannya sangat besar tantangannya. Lokasinya remote, kompleksitas subsurface, dan kandungan CO2 tinggi. Butuh area khusus untuk injeksi CO2, pemrosesan khusus dibutuhkan untuk memisahkan CO2," papar Wiratmaja.

Biaya Investasi

Blok East Natuna juga tempatnya kurang strategis, jauh dari pasarnya. "Konstruksinya akan terapung, jauh dari mana-mana, lapangan gas jauh dari konsumen. Butuh pipa-pipa gas untuk mengalirkannya ke konsumen," tuturnya.

Tentu dengan kondisi seperti itu, butuh biaya investasi yang sangat besar untuk mengembangkan Blok East Natuna. Pertamina dan konsorsium yang dibentuknya masih menghitung Investment Rate Return (IRR), bagi hasil (split), jangka waktu kontrak, dan insentif agar produksi gas dari blok ini bisa mencapai skala ekonomi.

Wiratmaja menyatakan bahwa pihaknya terus berupaya mempercepat pengembangan Blok East Natuna sebagaimana diinstruksikan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) baru-baru ini.

"Mana yang bisa kita percepat, kita percepat. Kita intens bertemu Pertamina, konsorsium, SKK Migas. Semua dikaji dengan baik. Kita target the sooner the better. Misalnya PSC bisa diteken maka butuh kira-kira cukup waktu dibangun 7-10 tahun untuk mulai sampai onstream (produksi," pungkasnya. (hns/hns)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads