Pertamina mengaku rugi sekitar Rp 100/liter, karena harga solar bersubsidi tak naik, tetap Rp 5.150/liter sampai akhir tahun. Sementara harga minyak dunia merangkak naik ke kisaran US$ 50/barel.
Subsidi sebesar Rp 500/liter, menurut perhitungan Pertamina, tidak akan membuat mereka nombok kalau harga minyak dunia masih di bawah US$ 45/barel dan kurs dolar Rp 13.250. Tapi harga minyak mentah sekarang sudah di kisaran US$ 50/barel.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Setelah September kita lihat lagi, sampai akhir September masih ketutup," kata Wiratmaja, kepada detikFinance di Jakarta, Senin (11/7/2016).
Dari hitung-hitungan ESDM sendiri, sampai akhir September, Pertamina tak akan rugi karena masih ada dana surplus yang disimpan BUMN perminyakan tersebut dari hasil penjualan solar selama Januari-Juni 2016 lalu.
"Kita lihat dulu, harusnya sih kalau dikompensasi dengan surplus kemarin-kemarin kan ada positif. Sekarang sampai akhir September harusnya nggak perlu nombok. Nanti setelah September kita lihat lagi," tukasnya.
Sementara itu, Direktur Pemasaran Pertamina, Ahmad Bambang, mengungkapkan pihaknya akan mendorong konsumen beralih ke Dexlite untuk menekan kerugian dari penjualan solar subsidi ini.
"Sekarang antisipasinya, Dexlite kita genjot supaya kerugiannya berkurang. PR (pekerjaan rumah) saya adalah meningkatkan penjualan Dexlite," tutup Bambang. (wdl/wdl)











































