Sempat tertundanya penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) atau Nota Kesepahaman antara Pertamina dengan NIOC membuat rencana eksplorasi minyak ini sedikit terhambat.
Untuk mempercepat kesepakatan antara kedua belah pihak, baik Pertamina dan National Iranian Oil Company (NIOC) tengah merancang waktu terbaik untuk menyepakati perjanjian kerja sama antar kedua negara.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Nanti mungkin mereka juga lagi mencari waktu kapan Pak Cip (Dirut Pertamina Dwi Soetjipto) bos sama CEO-nya sana bisa kita tanda tangan bareng-bareng. Setelah ditandatangani kita baru melakukan evaluasi," jelas Direktur Hulu Pertamina Syamsu Alam saat menghadiri halalbihalal di Kementerian BUMN, Jakarta Pusat, Senin (11/7/2016).
Pertamina masih enggan menyebut secara jelas mengenai blok mana saja yang akan dieksplorasi di Irak. Pihaknyan masih menutup rapat mengenai lokasi pengeboran minyak di Iran hingga terjadinya kesepakatan antar Pertamina dan NIOC.
"Namanya kita nggak boleh sebutin dulu, nanti kalau udah evaluasi baru," tutur Syamsu.
Pihaknya menambahkan bahwa ada cadangan minyak sebanyak 3 miliar barel di Irak yang terbagi di 2 blok yang diminati oleh Pertamina.
"Kalau dari 2 lapangan itu cadangan di tempatnya 3 miliar barel," tutup Syamsu.
Siapkan Investasi Rp 20 Triliun
Pertamina menyiapkan investasi US$ 1,5 miliar atau sekitar Rp 20 triliun tahun ini. Salah satunya akan digunakan untuk menyedot minyak di Iran.
"Untuk luar negeri kita selalu menyiapkan kira-kira setahun US$ 1,5 miliar," kata Dwi.
"Potensinya besar, kita semua tahu potensi Iran besar. Tinggal nanti masalah evaluasi, kita juga tidak bisa asal," katanya.
Lalu kapan kira-kira MoU dengan Iran bisa diteken?
"MOU pertengahan bulan ini," tutup Dwi. (ang/ang)