Peningkatan konsumsi batu bara di pasar domestik ini terutama disebabkan oleh makin banyaknya pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Permintaan batu bara di sektor kelistrikan akan terus meningkat, karena separuh dari pembangkit listrik yang masuk program 35.000 MW adalah PLTU yang berbahan bakar batu bara.
"Untuk yang domestik, peningkatan permintaannya dari listrik. Misalnya PLTU Celukan Bawang, PLTU Cilacap Extention," kata Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian ESDM, Sujatmiko, saat ditemui di Kementerian ESDM, Jakarta, Selasa (12/7/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain untuk kelistrikan, kenaikan permintaan batu bara juga berasal dari industri semen. Kebutuhan semen melonjak karena banyaknya proyek infrastruktur baru di dalam negeri. Otomatis konsumsi batu bara naik karena pabrik semen menggunakan batu bara untuk bahan bakar.
"Dari industri semen juga naik karena kebutuhan infrastruktur meningkat," Sujatmiko menambahkan.
Sementara itu, ekspor batu bara selama semester I-2016 sebesar 80,22 juta ton, berkurang 32% dibanding semester I-2015 yang mencapai 117,328 juta ton.
Jatuhnya ekspor batu bara ini disebabkan perlambatan ekonomi China dan India. Kedua negara ini adalah pasar utama batu bara Indonesia. Kegiatan industri di kedua negara sedang melemah, akibatnya kebutuhan batu bara mereka menurun.
Di samping itu, ada stok batu bara di pasar dunia masih menumpuk. "Permintaan China dan India melemah, dan juga faktor stok yang belum terjual," tutup Sujatmiko. (wdl/wdl)