"Gas D alpha di Natuna merupakan cadangan migas terbesar yang pernah ditemukan selama sepanjang sejarah permigasan di Indonesia 130 tahun. Cadangannya itu 222 triliun TFC," ungkapnya di Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Jakarta, Senin (18/7/2016).
Namun, cadangan gas yang melimpah ini tidak dibarengi dengan aspek komersil yaitu gas yang bisa dieksplorasi untuk saat ini. Kandungan CO2 yang tinggi membuat calon investor menjadi kurang berminat untuk 'menggali' blok migas tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Haposan, pengembangan wilayah perairan Natuna ini akan menjadi suatu peringatan bagi negara lain, termasuk China yang selama ini melakukan klaim terhadap wilayah ini.
"Seandainya itu kita kembangkan maka akan ada kesibukan. Akan ada pergerakan pengembangan ekonomi di wilayah tersebut. Maka eksistensi Indonesia akan jelas di situ," terangnya.
Harga minyak yang saat ini terjun bebas pun menjadikan nilai ekonomis blok D Alpha ini kurang menarik untuk dikembangkan. Sehingga pengembangan Blok Natuna oleh beberapa konsorsium seperti PT Pertamina pun masih melakukan studi mencari cara paling tepat dan ekonomis untuk mengembangkannya.
"Pemerintah harus duduk dengan Pertamina agar lapangan ini bisa dikembangkan. Insentif-insentif apa yang bisa diberikan sehingga bisa ekonomis lagi," jelasnya.
"Migas ini biasanya jadi ujung tombak, karena biasanya kan kita bekerja sama dengan big player dari negara besar. Mengerjakan ribuan orang dan budget-nya cukup besar. Hanya migas yang melakukan demikian di Natuna," pungkasnya. (feb/feb)