Tiba pada pukul 16.10 WIB, Dwi langsung mengisi buku daftar tamu. Selanjutnya, mantan Dirut Semen Indonesia ini menuju ruang ganti untuk kemudian menggunakan baju alat pelindung diri. Ditemani oleh President Director PT Pertamina EP, Rony Gunawan beserta BOD, BOC, dan beberapa manajemen PT Pertamina EP, Dwi pun melakukan kunjungan ke beberapa area produksi gas di lokasi ini.
Rencana pengembangan wilayah ini sebagai pusat produksi gas sendiri telah dimulai sejak tahun 2001. Pembangunannya dimulai pada 1 Juni 2011 dan baru 2016 ini bisa dicapai puncak kapasitasnya dalam produksi gas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Ini sebenarnya project-nya sudah dimulai tahun 2001. Jadi cukup lama 15 tahun baru kita bisa maximize kapasitas. Dan itu mungkin ke depan jadi pelajaran kita bagaimana bisa lebih cepat dalam bergerak," ucap Dwi kepada sejumlah media di sela-sela kunjungannya ke lokasi CPP Gundih, Cepu, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, Jumat (22/7/2016).
Selama ini, CPP Gundih mengalami hambatan dalam menangkap sulfur yang ada pada wilayah kerja ini sehingga kapasitas produksi pun masih rendah dan sulit untuk mencapai tingkat maksimum. Namun dengan dikembangkannya teknologi biological sulfur, pemisahan sulfur pun dapat terjadi dan kini kapasitasnya telah mencapai pada titik optimum dari sebelumnya 30-40 MMSCFD menjadi 75 MMSCFD.
"Cukup lama ini dalam kapasitas yang masih rendah. Kemudian kita mengalami problem dengan bagaimana kita menangkap sulfurnya. Dengan ketika dikembangkan oleh kawan-kawan, kira-kira Januari 2016 ini sudah full capacity, setelah sebelumnya ada permasalahan dengan EPCC (Engineering Procurement Construction Commissioning) nya yang ada dan diambil alih sendiri oleh engineer-engineer Pertamina. Kemudian mengembangkan biological sulfur (pemisahan)," terangnya.
![]() |
"Kapasitasnya sekarang meningkat pada titik optimum menjadi 75 MMSCFD dari sebelumnya 30 hingga 40. Dan aspek lingkungannya juga sudah lebih baik, karena sebelumnya sulfurnya belum ter-solve dengan baik," tambahnya.
Ia pun menyarankan agar Pertamina segera melakukan penelitian yang lebih mendalam mengenai penyelesaian aspek sulfur ini. Tujuannya agar bisa digunakan sebagai penyelesaian permasalahan yang ada di wilayah lain apabila memiliki permasalahan yang sama.
"Tadi juga saya sampaikan kepada kawan-kawan, temuan pengembangan untuk penyelesaian aspek sulfur ini harus didalami dari aspek teknologinya sehingga kita bisa gunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di tempat lain seperti di Donggi-Senoro dan Matindok yang mungkin mempunyai permasalahan yang sama. Kita berharap kawan-kawan bisa mempatenkan pengembangan teknologi ini ke depan," pungkasnya. (feb/feb)













































