Untuk itu, masyarakat yang masih menggantungkan hidupnya pada pengeboran sumur tradisional di wilayah ini sedang didorong agar mandiri dan sadar wisata.
Sebab sumber minyak yang ada di wilayah ini mulai menipis. Selain itu sistem penambangan tradisional juga dikhawatirkan akan merusak lingkungan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ada sekitar 500 sumur tradisional yang dioperasikan di kawasan Wonocolo, dengan produksi minyak 1.500 barel per hari. Baron mengakui, masyarakat setempat belum terbiasa dengan yang namanya konsep wisata sehingga ini menjadi kendala.
![]() |
Pengeboran sumur baru di wilayah ini sudah dilarang, sesuai Peraturan Pemerintah. Namun masih kerap terjadi pengeboran ilegal yang mendorong Pertamina segera mengembangkan wilayah ini menjadi desa wisata edukasi perminyakan.
Dengan adanya kawasan Petrolium Geoheritage Bojonegoro ini, diharapkan tercipta multiplier effect yang besar bagi masyarakat dan lingungan.
"Dampak yang diharapkan dengan adanya geoheritage ini adalah masyarakat menjadi mandiri, lingkungan menjadi lebih baik, dan secara operasional minyak-minyak yang ada di sana semua akan tersetorkan ke Pertamina," tandas Baron.
![]() |
Baron mengakui saat ini memang sudah ada perubahan perilaku dari masyarakat yang mulai menerima adanya upaya perubahan ke depan menjadi lebih baik.
Seiring dengan pengembangan kawasan ini, Pertamina telah menghabiskan biaya sekitar Rp 2,5-3 miliar untuk perbaikan jalan, fasilitas hunian, dan pembinaan keterampilan masyarakat.
"Kami berharap Pertamina tidak terus menyuapi tapi memberikan masyarakat modal untuk melakukan pengembangan sehingga masyarakat nantinya bisa swadaya," pungkasnya.
Sebagai informasi, wilayah Wonocolo merupakan daerah perbukitan yang struktur tanahnya antiklin, di mana ada tangkapan-tangkapan minyak yang berada di permukaan yang memungkinkan penemuan minyak hanya dengan kedalaman 300 meter saja.
![]() |














































