Penandatanganan Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) berlangsung pukul 09.30 waktu Iran atau pukul 12.00 WIB, dan dilakukan Dirut Pertamina, Dwi Soetjipto dan Managing Director NIOC, Ali Kardor.
MoU ini menandai kerja sama Pertamina dan NIOC untuk menggarap Ab-Taymur dan Mansuri, ladang minyak raksasa dengan cadangan lebih dari 5 miliar barel. Sebelum acara penandatanganan dan sambil menunggu kehadiran Ali Kardor, Dwi sempat sempat ngobrol santai dengan Gholamreza Manouchehri, salah satu Direktur NIOC.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dwi pun menjawab, hanya sampai Senin malam di Iran. Gholam pun merespons jawaban Dwi tersebut.
"Kunjungan anda sangat singkat sekali," kata Gholam di Kantor Pusat NIOC di Teheran, Iran, Senin (8/8/2016).
Dwi bersama anggota delegasi Pertamina lainnya seperti Direktur Hulu Pertamina Syamsu Alam, dan Senior Vice President Upstream Business Development Pertamia Denie Tampubolon, dan Komisaris Pertamina Widhyawan Prawiraatmadja, tersenyum dan tertawa kecil.
Delegasi juga ditawari sejumlah panganan ringan, seperti kue kering, kacang almond, dan pestachio. Sedangkan suguhan minuman berupa teh hangat dicampur madu.
Tak lama kemudian, Ali Kardor hadir, dan dialog pun berlanjut. Dalam sambutannya, Ali Kardor meminta Pertamina nantinya bisa meningkatkan kapasitas produksi Ab-Taymur dan Mansuri.
Kedua ladang minyak tersebut berada di Provinsi Khuzestan, Iran Barat Daya, berbatasan dengan Irak dan Teluk Persia. Ab-Taymur dan Mansuri masing-masing telah berproduksi 60 ribu barel per hari.
Selain itu, Ali Kardor juga menyampaikan 2 permintaan ke Pertamina. Pertama, Pertamina sebagai International Oil Company di Iran, melakukan transfer teknologi dengan perusahaan migas lokal.
Kedua, Pertamina membagi 20% porsi kepemilikan saham di kedua ladang minyak itu. Sebab, menurut aturan di Iran, setiap International Oil Company di Iran wajib berbagi dengan perusahaan migas lokal.
NIOC sendiri telah menyiapkan 8 perusahaan migas lokal untuk bermitra dengan Pertamina.
"Kami mengharapkan bisa terjadi transfer teknologi kepada perusahaan lokal, dan selain itu, bisa memberikan sekitar 20% saham kepada perusahaan lokal," ujar Ali.
Berdasarkan nota kesepahaman ini, Pertamina memiliki waktu enam bulan untuk melakukan studi dan selanjutnya menyampaikan preliminary kedua lapangan tersebut. Dalam upaya penyiapan proposal tersebut, NIOC akan membuka informasi dan bekerja sama dengam tim Pertamina dalam bentuk joint working group.
Pertamina berharap agar setelah nota ken, kerja sama Pertamina dan NIOC bisa terealisasi dalam bentuk lebih konkret berupa kesepakatan kontrak untuk kedua lapangan tersebut. Sebagaimana diketahui, Iran saat ini mempersiapkan Iranian Petroleum Contract yang akan menandai babak baru industri migas di negara tersebut.
"Iran merupakan salah satu prioritas Pertamina. Kami serius untuk melakukan investasi hulu yang akan mendukung Iran dalam meningkatkan produksinya, di sisi lain langkah ini sejalan dengan upaya perusahaan dalam mendukung ketahanan energi nasional," kata Dwi.
Selain bisnis hulu, Pertamina sebelumnya telah menyepakati kerja sama pasokan LPG. Rencananya, pengapalan perdana LPG dari Iran ke Indonesia akan dilakukan pada September 2016.
"Tentu masih banyak peluang mengembangkan kerja sama kedua perusahaan seperti kerja sama pengeboran dan oil services, produksi minyak mentah dan kondensat, pengelolaan kilang LNG, petrochemical dan lainnya," tutup Dwi. (hns/feb)