Pembangkit hidro tersebut dibangun dan dioperasikan sejak 2012 oleh PT Poso Energy, anak perusahaan Grup Kalla. Letaknya berada di Desa Sulewana, Kecamatan Pamona Utara, Kabupaten Poso, Provinsi Sulawesi Tengah.
Siang ini, Selasa (16/8/2016), detikFinance dan sejumlah wartawan dari Jakarta berkesempatan mengunjungi dan melihat lebih dekat pabrik listrik di ruang generator dan turbin PLTA terbesar di Indonesia Timur ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Di bangunan kontrol pembangkit atau yang biasa disebut power house, terdapat 3 generator yang diputar oleh masing-masing 3 turbin buatan Harbin China berkapasitas 3x65 Mega Watt (MW). Beratnya turbin masing-masing mencapai 15 ton.
Power house Poso II memiliki 4 lantai. Lantai paling dasar sebagai saluran buang, lantai kedua difungsikan untuk ruang pemutar turbin, lantai ketiga dan keempat digunakan untuk ruang generator.
![]() |
Menurut Direktur Poso Energy, Alimuddin Sewang, selain memasok kebutuhan Sulawesi Tengah sebesar 60 MW, PLTA Poso II yang menghabiskan dana Rp 4 triliun ini juga memasok listrik untuk wilayah Sulawesi Selatan sebesar 80 MW.
"Produksi listrik kita sebenarnya 168 MW dengan 3 turbin atau 3x56 MW. Namun karena kontrak dengan PLN dalam setahun 845 GW (Giga Watt), maka kita hanya menyalurkan ke transmisi sebanyak itu," katanya ditemui di PLTA Poso II, Selasa (16/8/2016).
![]() |
Suara putaran turbin langsung menyeruak begitu menuruni tangga dari ruang kontrol di lantai paling atas, di ruang tempat turbin dan generator. Masing-masing turbin digerakkan oleh aliran air yang dialirkan lewat 3 pipa berdiameter 3,6 meter berwarna kuning, memanjang kemiringan 45 derajat dari bendungan yang berjarak 1 Kilo Meter (KM) dari power house.
Air berasal dari Sungai Poso yang berhulu di Danau Poso di ketinggian 511 meter di atas permukaan laut. Air yang dialirkan ke-3 pipa menuju turbin rata-rata sebesar 148 meter kubik air per detiknya.
![]() |
Siang itu, 2 dari 3 turbin yang dijalankan. Saat malam hari atau saat beban puncak pada jaringan transmisi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tengah, baru seluruh turbin dioperasikan.
Alimuddin menjelaskan, begitu saluran pipa air dibuka, air akan langsung menggerakkan turbin yang memutar generator dalam waktu kurang dari 5 menit dengan putaran tercepatnya. Ini membuat aliran listrik bisa langsung dipasok ke transmisi begitu dinyalakan.
![]() |
"Berbeda dengan pembangkit uap yang harus menghasilkan uapnya untuk memutar turbin perlu waktu sampai 5 jam, memanaskan air dulu, panasin mesin, baru listriknya mengalir. Sementara sebagian besar pembangkit kita masih andalkan uap. Kalau kita bisa cepat, makanya PLTA ini selalu jadi andalan ketika tiba-tiba ada gangguan listrik," terang dia.
Dengan 235 orang karyawan, 3 turbin berputar bergantian atau berbarengan tergantung kebutuhan listrik yang diminta PLN. Hanya sekali dalam 3 tahun semua turbin berhenti beberapa hari untuk menjalani perawatan.
![]() |
"Jadwal kesepakatan sudah diatur PLN. Ketika ini berhenti, mereka kan harus cari listrik dari pembangkit lain. PLTA ini mati bisa black out Sulsel dan Sulteng. Ini kan salah satu pembangkit terbesar di Sulawesi," terang Alimuddin.
Dari ruang kontrol di lantai paling atas, semua aktivitas pembangkit diatur secara komputerisasi. Mulai dari debit air yang dibutuhkan, penjadwalan turbin, pembagian listrik ke jaringan transmisi, dan sebagainya.
![]() |
Lewat transmisi yang dibangun sendiri oleh perusahaan Kalla Group lainnya, PT Bukaka Teknik, listrik dialirkan ke jaringan transmisi Sulawesi Selatan lewat gardu Induk di Kabupaten Palopo, Sulawesi Selatan sepanjang 208 KM dengan tegangan 275 Kilovolt (kV). Sementara untuk transmisi tegang 115 kV ke Kota Palu sepanjang 32 KM dibangun oleh PLN. (feb/feb)