Pertemuan tersebut berlangsung singkat, hanya sekitar 30 menit.
Luhut mengatakan, pertemuan ini mengenai undangan untuk melakukan rapat bersama SKK Migas minggu depan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia juga mengatakan, selain memberikan undangan rapat, juga membicarakan banyak hal, termasuk Blok Masela yang saat ini tengah ramai dibicarakan. Biaya proyek pengembangan Blok Abadi di Masela ini ditenggarai dapat mengalami penurunan yang cukup signifikan, di mana nilai investasinya berkurang dari US$ 19,3 miliar menjadi US$ 15 miliar. Presiden Joko Widodo (Jokowi) memang telah memutuskan pengembangan LNG Blok Abadi dilakukan di darat (onshore).
"Kami banyak bicara sih. Blok Masela kami singgung. Ya itu lagi dihitung semua sama mereka. Karena angka-angka itu datang kembali. Perubahan itu bukan dari Pak Candra (Arcandra Tahar). Tapi Pak Candra tanya, cost structure mau bagaimana. Ya mereka (Inpex Corporation) keluarin, dikoreksi Pak Candra, mereka iyakan. Makanya itu dapat angka US$ 15 miliar," jelasnya.
Luhut juga menyinggung soal pengembangan laut dalam (Indonesia Deepwater Development/IDD) yang biayanya bisa turun dari US$ 12 miliar menjadi US$ 6,5 miliar-US$ 7 miliar.
"Itu sama juga, ditanya kenapa biaya bisa segini, lalu kontraktor bersedia menurunkan. Jadi, angka itu dari operatornya. Tapi, belum detail angkanya. Bisa lebih, bisa kurang lagi angkanya itu. Karena Candra paham, dan ada contoh-contohnya, jadi ada benchmark-nya," pungkasnya.
Proyek migas laut dalam ini berada di Selat Makassar, Sulawesi Selatan, dan dikerjakan oleh PT Chevron Pacific Indonesia. Harusnya proyek ini dilaksanakan pada 2008 dengan biaya US$ 6,9 miliar, Namun persetujuan Plant Of Development (POD) belum disetujui kemudian hingga pada 2013 nilai investasi ini meningkat menjadi US$ 12 miliar.
Saat ini, nilai proyek tersebut bisa ditekan kembali menjadi US$ 6,5 miliar-US$ 7 miliar. (wdl/wdl)











































